Palembang Juga Kebanjiran

Sumber:Kompas - 02 Maret 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Palembang, Kompas - Hujan deras dan meluapnya Sungai Musi menyebabkan sejumlah wilayah di Palembang tergenang air setinggi 15-50 sentimeter. Pengamatan Kompas, Senin (1/3), banjir menggenangi ratusan rumah di Kecamatan Plaju dan Kecamatan Kertapati.

Jasman (48), warga Tegal Binangun, Kelurahan Plaju Darat, Kecamatan Plaju, menuturkan, banjir sebenarnya sudah terjadi sejak hari Selasa pekan lalu. Namun, ketinggian air pada saat itu sekitar 15 sentimeter.

Menurut Jasman, akibat hujan deras selama beberapa hari terakhir, permukaan air meningkat sampai setengah meter.

”Rumah saya terendam air setinggi lutut (sekitar 50 sentimeter). Saya tetap tinggal di rumah, tetapi anak-anak sudah saya ungsikan ke rumah neneknya sejak empat hari lalu,” kata Jasman.

Jasman mengutarakan, banjir besar seperti saat ini pernah terjadi tahun 2005. Saat itu ketinggian air bahkan mencapai satu meter.

Sejumlah sekolah yang terendam, menurut Jasman, telah meliburkan siswanya. Tidak mungkin dilakukan kegiatan belajar mengajar dalam kondisi banjir.

Nur Aini (51), warga Tegal Binangun, mengatakan, cucunya telah diungsikan ke tempat yang lebih aman. ”Makin dalam masuk ke lorong, airnya makin tinggi. Ada yang ketinggian airnya sampai satu meter,” ungkap Nur.

Persoalan yang dihadapi warga, menurut Nur, adalah ketersediaan air bersih. Sumur yang menjadi andalan warga untuk mendapatkan air bersih kini tak berfungsi lagi. Sumur telah tercemar air banjir.

Warga terpaksa membeli air bersih seharga Rp 1.000 per jeriken. Dalam sehari Nur dan keluarganya memerlukan sedikitnya lima jeriken air bersih untuk mandi dan memasak. ”Kalau seperti ini terus, kami pun pasti kewalahan,” ujarnya.

Wilayah tersebut sering dilanda banjir, tetapi kali ini lebih besar. Banjir besar pernah terjadi tahun 1991 dan tahun 2005. Air baru surut dua minggu berikutnya setelah tak ada hujan.

Darwanto, warga lainnya, tampak memasang batu bata dan semen untuk mencegah air masuk ke rumahnya. ”Rumah terpaksa ditinggikan satu bata. Selama saya tinggal di sini belum ada banjir setinggi ini,” katanya.

Banjir juga menyebabkan transportasi dari Plaju menuju Jakabaring terganggu. Air menggenangi jalan sampai setinggi 50 sentimeter.

Kendaraan seperti sedan terpaksa berbalik arah karena khawatir mogok. Pengendara sepeda motor juga harus hati-hati karena genangan air bisa menyebabkan pengendara terjatuh.

Bantuan kaporit

Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Zulkarnain Noerdin mengutarakan, Pemerintah Provinsi Sumsel akan mengadakan kaporit bagi korban banjir untuk menjernihkan air. ”Stoknya masih dibicarakan, tetapi setiap kabupaten yang terkena banjir setidaknya punya stok 100 kilogram kaporit,” kata Zulkarnain.

Zulkarnain mengimbau warga korban banjir agar tak memanfaatkan air banjir untuk segala keperluan karena kualitasnya buruk. Untuk memanfaatkan air banjir, warga harus menyaring, memberi kaporit, dan memasak air tersebut lebih dulu.

Zulkarnain mengatakan, sampai saat ini belum ada permintaan kaporit dari pemerintah kabupaten/kota yang terkena banjir. Ketiadaan permintaan kaporit, menurut Zulkarnain, sesuatu yang mengherankan.

Laporan gangguan penyakit terhadap korban banjir dari daerah sudah diterima. Terbanyak adalah penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan, dan demam.

Kerusakan DAS

Secara terpisah, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengungkapkan, banjir yang terjadi di sejumlah daerah, termasuk Palembang, disebabkan luapan Sungai Musi dan anak-anak sungainya.

”Penyebab sungai meluap adalah kerusakan daerah aliran sungai (DAS) dan area tangkapan air mulai dari hulu sampai muara. Jadi, kerusakan DAS dan area tangkapan air terjadi mulai dari Bengkulu sampai di Sungsang,” ujarnya.

Alex mengatakan, untuk mencegah agar banjir tidak terjadi lagi, DAS dan area tangkapan air perlu diperbaiki. Perbaikan harus dilakukan Provinsi Sumsel dan Bengkulu. Kerugian banjir di Sumsel tahun ini dipastikan sangat besar karena banyak infrastruktur rusak.

Di samping itu, pendirian bangunan di atas rawa-rawa harus memperhitungkan daerah tangkapan air. Misalnya menimbun rawa-rawa dengan tanah sebanyak 1.000 kubik, maka sebagai gantinya harus dibuat pula kolam resapan air dengan kapasitas 1.000 kubik. (WAD)



Post Date : 02 Maret 2010