Pabrik Pengolah Sampah Mulai Beroperasi 2009

Sumber:Suara Merdeka - 21 Januari 2008
Kategori:Sampah Luar Jakarta
BALAI KOTA- Pemkot Semarang segera merealisasikan proyek industri pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Jatibarang. Umur teknis pada tahun 2008, tempat pembuangan sampah tersebut mendekati penuh. Karenanya diperlukan pengolahan sampah guna mengurangi volume yang ada.

Kepala Dinas Kebersihan, Tata Pradana mengatakan, setiap hari ada sampah 350 ton yang dibuang ke sana. Pihaknya telah melakukan kerja sama dengan instansi swasta, PT Narpati Agung Karya Persada Jakarta, dalam pengolahan sampah. Nantinya sampah dipilah jenis organik dan non-organik.

Sampah organik sebanyak 60% dari volume sampah setiap hari akan dibuat pupuk. Dengan demikian akan ada pengurangan volume sampah.

''Sekarang sedang pembangunan fisik pabrik di lahan seluas 3,5 hektare. Ditargetkan pabrik pengolah sampah itu bisa beroperasi pada tahun 2009,'' katanya, baru-baru ini.

Keberadaan TPA Jatibarang seluas 40 hektare itu mulai beroperasi 1992. Awalnya, perkiraan umur pakai TPA tersebut selama 10 tahun.

Dengan menerapkan rekayasa teknologi penimbunan sampah, umurnya bisa diperpanjang hingga 2008. Selain itu, sapi-sapi yang diternakkan di tempat itu juga berperan mengurangi volume sampah.

Penampungan Sementara

Upaya lain, Dinas Kebersihan juga membuat tempat penampungan sampah sementara (TPS) terpadu di Pasar Waru. Proyek itu direncanakan akan dilakukan pengolahan menjadi pupuk organik di tempat itu juga.

Dalam pengerjaannya akan bekerja sama dengan kelompok tani. Diharapkan proyek yang mendapatkan pendanaan dari APBD Perubahan 2007 dan APBD 2008 itu bisa menjadi percontohan TPS lain.

Konsep 3R

Di sisi lain, pengolahan sampah ini juga diharapkan bisa dilakukan masyarakat. Dengan konsep 3R, yaitu reuse (memanfaatkan kembali sampah untuk kegunaan lain atau sejenis), recycle (mendaur ulang sampah), dan reduce (mengurangi volume sampah dengan menggunakan produk yang menghasilkan sedikit sampah).

Ia meminta masyarakat bisa melakukan pengolahan sampah dalam skala kecil. Apalagi kalau bisa dikembangkan menjadi nilai ekonomis.

Apabila rencana itu bisa terealisasi dengan baik maka akan berimbas pada pengurangan biaya pengangkutan sampah yang cukup besar.

Bila diperhitungkan biaya pengangkutan sampah plus penyediaan sarana dan prasarananya menelan dana Rp 25 miliar/tahun. ''Pengurangan volume sampah juga bisa mengefisienkan biaya-biaya lain,'' katanya. (H22,H9-41)



Post Date : 21 Januari 2008