Overload, Pagar TPA Ambrol

Sumber:Indopos - 25 Februari 2008
Kategori:Sampah Luar Jakarta

KEDIRI- Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Klotok overload. Volumenya sudah melebihi kapasitas yang hanya 3.000 meter kubik. Bahkan, sejak awal Februari lalu, pagar dinding sebelah barat yang berdekatan dengan pemukiman penduduk ambrol akibat tak mampu menampung muatannya.

Sampah pun meluber ke luar pagar diikuti bau tak sedap yang menyengat. "Petugas sudah sempat melihat ke sini (lokasi ambrolnya pagar, Red). Tapi, sampai sekarang belum diapa-apakan," ujar Ponirin, 42, penduduk Lingkungan Jarakan, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, saat ditemui Radar Kediri di lokasi, Kamis (21/2) lalu.

Dari pengamatan wartawan koran ini, panjang pagar yang ambrol sekitar 20 meter. Gunungan sampah setinggi enam meter meluber hingga menutupi jalan setapak di sebelah barat pagar. Sebagian bahkan mengenai lahan warga. Agar bisa dilewati, mereka harus mencangkuli sampah itu dan menyingkirkannya.

Selain di sebelah barat, pagar dinding yang berada di sisi utara dan selatan juga sudah retak. Dikhawatirkan, kerusakan akan meluas sehingga luberan sampah akan semakin banyak. Apalagi tinggi gunungan sampah sudah sekitar dua meter di atas ketinggian pagar. Ini yang bisa menyebabkan longsor sewaktu-waktu. "Kami selalu was-was," kata Ponirin.

Bau sampah sudah menjadi polusi bagi warga. Busuk dan menyengat. Terlebih pada sore, malam, atau selepas hujan. Aromanya tercium hingga radius sekitar tiga kilometer. Ponirin sering merasakan sesak napas. "Di dada sakit, Mbak. Ditutupi juga tetap bau," lanjutnya.

Umi Asri, 33, warga yang tinggal sekitar 100 meter dari TPA, menambahkan, seluruh anggota keluarganya merasakan keluhan serupa. "Kalau ada tanah selain di sini pasti kami pindah. Tapi, kami tidak punya tempat lain," tuturnya.

Yang membuatnya kesal, pemkot terkesan cuek. Hampir satu bulan belum ada penanganan. "Kami takut kalau pagar terus ambrol kemudian sampahnya longsor," tandas ibu dua anak ini.

Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Kota Kediri Rachno Irianto mengakui bahwa TPA Klotok sudah overload. Dari kapasitas 3.000 meter kubik, setiap hari ada 700 meter kubik yang dibuang ke sana. Sehingga, seminggu sekali harus dilakukan pengurukan agar bisa digunakan lagi.

Namun, sistem itu tidak bisa terus diterapkan. Lahan TPA seluas 2,5 hektare tidak bisa lagi menampungnya. "Apalagi, ketinggian sampah telah melebihi batas pagar," jelasnya saat meninjau lokasi TPA bersama komisi C DPRD, Senin (18/2) lalu.

Untuk mencegah agar tidak terjadi longsor, Rachno mengatakan, pemerintah harus segera melakukan terobosan. Sejauh ini, sudah ada dua alternatif yang bisa dipilih. Yaitu perluasan lahan TPA atau pengadaan teknologi pengolahan sampah agar bisa didaur ulang.

Untuk alternatif pertama, Rachno mengaku sudah menyiapkan 3-5 hektare lahan yang bisa dipakai untuk perluasan TPA. Namun, dia belum memutuskan apakah akan menggunakannya. Saat ini, pihaknya masih mempelajari teknologi daur ulang sampah. "Sebentar lagi akan kita putuskan. Sampah memerlukan penanganan dengan cepat," lanjut mantan kabag pembangunan ini.

Anggota komisi C Ahmad Salis berpendapat, pemkot tidak seharusnya memilih alternatif perluasan lahan untuk mengatasi persoalan sampah di TPA Klotok. Sebab, solusi itu hanya bisa mengatasi masalah selama beberapa tahun. Selanjutnya, pemkot harus tetap mencari lahan lagi. "Kalau cara itu yang dipilih, bisa-bisa lahan pemkot habis untuk TPA," pendapatnya.

Lalu, apa solusi yang tepat? Salis mengatakan, pemkot harus segera mencari teknologi pengolahan sampah untuk diterapkan di Kota Kediri. Meski dengan biaya yang sedikit mahal, cara tersebut sangat efektif untuk mengatasi problem ini.

Yang terpenting, dalam penerapan teknologi ini, masyarakat juga dilibatkan secara langsung. Yakni, memisahkan sampah basah dan kering atau sampah daur ulang dan non-daur ulang. Hasil pengolahan sampah bisa dijadikan tambahan untuk pendapatan asli daerah (PAD). "Yang lebih penting adalah edukasi kepada masyarakat untuk ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan masing-masing," tandasnya.
(ut/hid)



Post Date : 25 Februari 2008