|
Tulisan ini menggambarkan kondisi pelayanan air di Filipina ketika pelayanan publik diambil alih oleh swasta (diprivatisasi). Pada tahun 1995, hanya 75% dari 11 juta penduduk Metro Manila memiliki sambungan air. Perusahaan publik yang menangani pelayanan air saat itu merupakan badan pemerintah yang tidak populer dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Jalan Raya, yang disinyalir merupakan departemen yang paling korup di Filipina. Tahun 1997 privatisasi sambungan air dan sistem penanganan air buangan Metro Manila mulai dilaksanakan dan merupakan proyek privatisasi air terbesar di dunia. Sebelum privatisasi, tarif air sebesar 8,78 peso per kubik meter, setelah privatisasi tariff air turun menjadi sebesar 4,96 peso. Hal ini menunjukkan bahwa privatisasi dianggap berhasil dalam menurunkan tarif bagi pelanggan air. Namun sejak tahun 2001, tarif air meningkat tajam sebesar 500% atau sekitar 19,92 peso. Dengan biaya operasi yang besar, salah pengelolaan, dan inefisiensi, privatisasi ternyata menimbulkan permasalahan bagi pelanggan, khususnya masyarakat miskin yang makin berat dalam membayar tarif air yang semakin meningkat. Post Date : 17 Februari 2007 |