Optimalkan 200 Situ di Depok

Sumber:Suara Pembaruan - 21 Januari 2008
Kategori:Banjir di Jakarta
Pada awal tahun 1980-an, ada pemikiran membangun Waduk Depok untuk mengatasi masalah banjir yang selalu menggenangi Jakarta. Pemda DKI Jakarta dan Pemda Jawa Barat, dalam hal ini Pemda Kabupaten Bogor, sudah sepakat membangun waduk di Depok.

Waduk tersebut direncanakan di bangun di sekitar Jembatan Panus, tempat di mana ukuran tinggi air Sungai Ciliwung saat ini. Karena sudah merupakan kesepakatan, maka masyarakat bersiap-siap mendukung rencana tersebut. Tetapi muncul banyak calo tanah, yang membeli tanah rakyat kemudian menjualnya dengan harga mahal. Permainan calo dan berbagai kendala pada akhirnya membatalkan kesepakatan tersebut.

Waduk Depok pun tinggal kenangan. Setelah Depok berstatus kota, wilayah yang tadinya direncanakan untuk waduk kini sebagian telah berubah menjadi hunian elite. "Memang pernah ada rencana tersebut," kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Departemen Pekerjaan Umum, Pitoyo Subandrio kepada SP yang menghubunginya di Jakarta, Minggu (20/1).

Tapi keinginan itu, jelasnya, hanya sebatas rencana saja. Di kawasan yang direncanakan sebagai lokasi waduk, lanjutnya, kini telah berdiri kawasan permukiman elite di Depok. "Di situ telah terdapat perumahan Pesona Khayangan," paparnya.

Pantauan di kawasan tersebut, perumahan tersebut telah menjadi kawasan elite dan mahal karena letaknya di tengah Kota Depok. Di sisi timur permukiman itu melintas Sungai Ciliwung. Sejumlah warga di sana menyatakan tidak pernah tahu bahwa di situ pernah direncanakan menjadi lokasi waduk.

Pitoyo memaparkan bahwa sebetulnya di sana sudah terdapat Waduk Limo. Namun nasib waduk tersebut, lanjutnya, terkalahkan oleh kebutuhan lahan untuk perumahan. "Di situ juga telah berdiri kompleks perumahan," ujarnya.

Perlu Konsistensi

Menurut dia, yang terpenting saat ini adalah konsistensi dalam merealisasikan rencana induk pembangunan kota, termasuk di dalamnya upaya mempertahankan kawasan resapan air. Di Depok, tuturnya, sangat kaya dengan situ-situ. Disebutkan, di kota yang berusia muda itu terdapat 200 situ. "Kami sudah mendorong pemerintah kota merevitalisasi semua situ. Dari 200 situ yang ada 152 di antaranya sudah rampung direvitalisasi," jelasnya.

Revitalisasi situ-situ tersebut lebih mudah diwujudkan ketimbang memaksakan membangun waduk dengan biaya sangat tinggi. Dan dengan kondisi kota yang sudah seperti sekarang ini, ucapnya, tidaklah mungkin memaksakan pembangunan waduk di sana.

Ketika disinggung pembangunan Waduk Ciawi, menurut Pitoyo, dari hasil perhitungan di atas kertas dan studi di lapangan Departemen Pekerjaan Umum tidak merekomendasikan untuk dilanjutkan. Hal yang tidak layak adalah dari sisi biayanya yang bisa mencapai Rp 2 triliun lebih. "Kan anggaran sebesar itu lebih baik digunakan untuk membangun yang memang sangat dibutuhkan rakyat," tandasnya.

Yang terpenting untuk dilakukan ke depan, menurut dia, semua kalangan memiliki keinginan yang sama menjaga kelestarian lingkungan. [W-5]



Post Date : 21 Januari 2008