Operator khawatirkan kualitas air baku

Sumber:Bisnis Indonesia - 12 Oktober 2009
Kategori:Air Minum

JAKARTA: Kualitas air baku untuk PT Aetra Air Jakarta (Aetra) dan PT PAM Lyonnaise Jaya (Palya), dua operator air minum di Jakarta, dikhawatirkan akan semakin buruk selama musim penghujan karena tingkat kekeruhan dan pencemaran limbahnya yang semakin tinggi.

Presiden Direktur Aetra Syahril Japarin mengatakan curah hujan yang sangat deras di hulu Sungai Cikeas dan Cileungsi yang aliran airnya masuk kanal Tarum Barat mengakibatkan semakin tingginya tingkat kekeruhan air bakunya. Hal itu menimbulkan biaya pengolahan semakin tinggi.

"Kekeruhan air baku karena hujan lebat di hulu sungai dan pencemaran lembah yang semakin tinggi itu dengan sendirinya juga menjadikan biya pengolahannya menjadi semakin mahal," ungkapnya belum lama ini.

Dia menjelaskan perusahaan dengan berbagai cara telah melakukan kempanye kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran kanal Tarum Barat dan sungai yang alirannya masuk kanal tersebut agar tidak membuang limbah industri dan rumah tangga ke sungai.

Hal itu, kata Syarif, karena Aetra dan Palyja masih menggantungkan kebutuhan pasokan air baku dari bendungan Jatiluhur di Purwakarta Jawa Barat yang dialirkan melalui kanal Tarum Barat, karena sumber lain untuk Jakarta sangat minim.

Pernyataan senada diungkapkan oleh Herawati Prasetyo, Wakil Presdir Palyja, bahwa pasokan air baku untuk instalasi pengolahan air milik Palyja juga berasal dari Bendungan Jatiluhur yang dialirkan melalui kanal Tarum Barat. "Air baku dari Bendungan Jatiluhur dan hanya sebagian kecil yang berupa air curah dari PDAM Tangerang," katanya.

Saluran tertutup

Sementara anggota Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BRPAM) DKI Firdaus Ali mengatakan idealnya air baku dialirkan melalui saluran tertutup sehingga tidak tercemar berbagai limbah yang ditimbulkan oleh kegiatan idustri dan rumah tangga di sepanjang aliran tersebut.

Pembangunan saluran tertutup, lanjutnya, tentu membutuhkan investasi yang cukup besar.

Namun, untuk jangka panjang sesunggunya investasi yang besar menjadi lebih murah dibandingkan dengan mengolah air baku yang kualitasnya semakin buruk akibat pencemaran limbahnya yang semakin parah.

"Membangun saluran tertutup untuk air baku di Jakarta lebih baik dari pada kondisi sekarang yang semakin tercemar baik oleh limbah industri maupun rumah tangga," ujarnya.

Firdaus sebelumnya juga mengungkapkan menimnya sumber air baku untuk kebutuhan air bersih di Jakarta mencapai sekitar 1,52 juta m3 per hari dengan jumlah penduduk 8,69 juta dan pemakaian air rata-rata 60-175 liter per orang.

Sementara pasokan air baku asli Jakarta yang menjadi bahan baku air minum atau air PAM untuk warga Ibu Kota hanya memenuhi sekitar 2,2% dari total kebutuhan itu, yang berbeda dengan sekitar 10 tahun lalu yang masih memberikan kontribusi 5%.

"Kondisi itu menunjukkan betapa besarnya ketergantungan Jakarta terhadap air baku dari daerah lain. Sekarang ini sebagian besar dari Bendungan Jatiluhur," katanya.

Dia mengatakan jika air tanah dimasukkan dalam neraca atau stok air di Jakarta, total pasokan air asli Jakarta hanya memenuhi 27,2% dari total kebutuhan air. Nurudin Abdullah



Post Date : 12 Oktober 2009