Operator air diminta serius susun target kerja

Sumber:Bisnis Indonesia - 23 Januari 2010
Kategori:Air Minum

JAKARTA: Operator air minum di Ibu Kkota, Palyja dan Aetra, diminta serius menetapkan target kerja guna mendukung proyeksi pemenuhan layanan air bersih 80% kepada 7,3 juta warga DKI pada 2020.

"Operator air minum harus punya komitmen menyusun target terencana dalam meningkatkan kualitas distribusi dan menekan non-revenue water," tegas Gubernur DKI Fauzi Bowo pekan ini.

Selain itu, pemenuhan target layanan air minum juga perlu dikomunikasikan dengan pemasok air baku, baik yang berasal dari waduk Jatiluhur yang alirannya melalui Kalimalang maupun PDAM Tangerang untuk air curah.

Hal itu, imbuhnya, karena dua operator mulai mengeluhkan kualitas air baku yang cenderung terus menurun akibat tingginya tingkat pencemaran dari limbah industri dan rumah tangga yang dibuang ke kali.

Untuk itu, ujar Fauzi, pemprov akan mencari solusi dengan pemerintah pusat membangun instalasi pengolahan air Jatiluhur untuk memasok air curah dengan sistem pipa.

Menurut gubernur, PDAM Jaya melalui dua mitra kerjanya, PT PAM Lyonnase Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta (Aetra), menargetkan peningkatan layanan sekitar 1% dari 62% pada 2009 menjadi 63% pada tahun ini.

Dia mengakui target layanan air minum itu merupakan tantangan yang cukup berat, sehingga seluruh pemangku kepentingan harus mampu dan bekerja keras.

Fauzi menjelaskan kewajiban pemerintah kota menyediakan layanan air minum sedikitnya 80% dari total penduduk sudah menjadi target dari millenium development goal sebagai kesepakatan internasional, termasuk Indonesia.

Bantu investasi


Anggota Badan Regulasi Pelayanan Air Minum (BR-PAM) Jakarta Riant Nugroho mengatakan pemerintah hendaknya proaktif ikut membantu investasi pembangunan infrasruktur air minum yang bersifat vital.

Untuk pengembangan jaringaan, lanjutnya, dapat dilaksanakan oleh Palyja dan Aetra. Namun, Pemprov DKI jangan hanya memberikan instruksi tetapi juga terlibat secara langsung dalam pendanaan.

"Pengembangan jaringan dilakukan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk di perkotaan yang cukup cepat. Itu harus dibarengi dengan penyediaan prasarana air minum yang memadai," ujarnya.

Soritaon Siregar, Direktur Sistem Manajemen Investasi Departemen Keuangan, mengatakan kendala manajemen yang tipikal PDAM di Tanah Air, termasuk di Jakarta belum dituntaskan.

Kendala itu adalah tarif air ke pelanggan yang masih di bawah biaya produksi, tingkat kebocoran tinggi di atas 37% akibat biaya tinggi, rasio pegawai yang terlalu gemuk, sistem penagihan pembayaran rekening yang terlalu lama hingga sekitar 60 hari, serta biaya operasional yang tinggi.

"Biaya operasional yang tinggi dengan pendapatan rendah menyebabkan kinerja PDAM menjadi tidak efisien," tegasnya. Nurudin Abdullah



Post Date : 23 Januari 2010