|
Surabaya - Surya Hitung juga berapa paket sampah yang digelontorkan ke TPA Benowo dari seluruh kecamatan di Surabaya. Urusan sampah sudah sangat memusingkan karena volumenya makin hari makin besar. Tak salah bila akhirnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya bersama Tim Penggerak PKK Kota Surabaya mulai `menggosok` para ibu untuk ngopeni sampah yang dihasilkan dari dapur. Widyawati dari Yayasan Bina Lingkungan dan Tata Kelola Indonesia bersama dua lembaga itu road show ke 31 kecamatan di Surabaya. Hari ini Kecamatan Pakal menjadi kelompok terakhir yang mendapat giliran. Selasa (28/11) Widya mengadakan sosialisasi pengolahan sampah mandiri di Kecamatan Wonokromo. Diikuti lebih dari 100 peserta, sosialisasi ini berlangsung meriah. Memilah sampah basah dan kering saja bisa membuat riuh. "Pokoknya semua sampah yang berasal dari makhluk ciptaan Tuhan adalah sampah organik atau sampah basah," kata Widya. Kemudian Widya melemparkan pertanyaan, "Kalau rambut itu sampah kering atau basah? Kalau rambut habis dikeramasi termasuk sampah apa?" Ketelatenan para ibu untuk memilah sampah dan menularkannya pada keluarga dan lingkungan menjadi kunci awal pengolahan sampah. Para ibu diberdayakan karena merekalah yang menguasai situasi dapur, termasuk sampah yang dihasilkan. Di sini kesabaran untuk memulai diperlukan. Biasanya perlu waktu 4-6 bulan untuk mengajak seisi keluarga terbiasa memilah sampah. Sampah yang menjadi sumber masalah bila dibiarkan. Ada banyak cara untuk mengolah sampah. Salah satunya dengan metode keranjang Takakura. Bila para keluarga sudah terbiasa memisahkan sampah, masih ada lagi tugas Pemkot Surabaya yaitu menyiapkan depo untuk menampung sampah yang sudah dipilah. "Jika di depo ternyata sampah masih juga tercampur, sama saja bohong. Jika saat mengangkut ternyata sampah basah dan kering masih dicampur aduk, juga tak ada artinya," tutur Widya. end Post Date : 29 November 2006 |