Bungkusan rokok berbagai merek terpajang rapi di atas balok. Di sampingnya terparkir gerobak dorong pengangkut pasir yang berisi sisa-sisa jualan. Bermodalkan benda-benda tersebut, Ibrahim Sira menjajakan jualannya dari satu tempat ke tempat lain di sepanjang Jalan Andi Pangerang, Pettarani.
"Saya menjual mainan dari kertas bungkusan rokok ini sejak tahun lalu. Nama tokonya seperti terpampang di kartu nama saya," kata Ibrahim Sira, sembari menunjukkan kartu namanya yang bertuliskan Pondok Seni Om Ibe. Ibe, sapaan akrabnya, mengolah kotak rokok bekas menjadi mobil mainan yang dilengkapi tali plastik untuk menarik mainan tersebut. Dalam kartu namanya, ia menyebut bahwa hasil kreativitasnya adalah ikebana, yang diartikan sebagai seni merakit mainan dari sampah buangan, meski ikebana sebenarnya adalah seni merangkai bunga gaya Jepang.
"Paling banyak saya membuat mobil-mobilan dari bungkusan rokok. Selain mudah, bahannya gampang didapat," kata Ibe. Untuk membuat mainan seperti ini, ia memanfaatkan limbah bekas dari bungkus rokok, pipet, dan multipleks atau papan tipis. Bungkusan rokok disulap menjadi beberapa bagian bodi dan mesin dengan menggunakan gunting dan cutter. Sedangkan pipet dan multipleks diolah menjadi ban mobil, pelek, dan aksesori knalpot. Menurut Ibe, bagian yang paling sulit adalah pembuatan ban mobil dari papan. "Saya menggunakan gergaji tipis berukuran 0,1-0,6 sentimeter," katanya.
Sebelum membuat mobil-mobilan, Ibe menggambar sketsa terlebih dulu. Meski sederhana, mobil mainan buatan Ibe bisa dipisahkan menjadi bagian-bagian kecil, sehingga pembeli bisa merangkainya sendiri saat dimainkan. "Ini melatih anak-anak berkreasi memasangnya menjadi satu bagian utuh," katanya. Harga mobil-mobilan ini Rp 3.000.
Ibe juga memanfaatkan kayu multipleks untuk dijadikan rumah-rumahan. Mainan ini juga bisa dibongkar-pasang. Rumah-rumahan buatannya berukuran 5 x 5 sentimeter. Jika dibongkar, mainan ini terdiri atas 10 bagian kecil. "Ada fondasi kayu tipis, kolom dari pipet, lantai, dan atap dari tripleks," katanya. Rumah-rumahan ini dijual seharga Rp 10 ribu. Dalam sehari, Ibe bisa menjual 5-10 mainan. Untuk menarik pelanggannya, ia rela menunjukkan berbagai kebolehannya. Salah satunya, dengan menari ala Michael Jackson di hadapan pelanggan. "Ini demi menarik perhatian. Soalnya saya juga jualan hiburan bagi anak-anak yang mengadakan syukuran ulang tahun. Saya bisa breakdance ala Michael Jackson," katanya. Keterampilan menari ala Michael Jackson didapatnya saat ia menetap selama lima tahun di Washington DC. "Banyak yang tidak percaya bahwa saya, yang jualan begini, pernah lama tinggal di Amerika Serikat," katanya. ICHSAN AMIN
Ingin Menikah dari Hasil Jualan
Ibrahim Sira atau Ibe ingin bisa mandiri melalui usaha Pondok Seni Om Ibe, yang dikelolanya. Apalagi Ibe memiliki dasar yang kuat untuk berkreasi membuat mainan bongkar-pasang ini. Ibe adalah alumnus Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. "Saya pernah mencoba bekerja menjadi pegawai dinas pekerjaan umum, tapi waktu itu saya sakit. Akhirnya tidak jadi," kata lelaki berusia 38 tahun ini.
Ibe mengaku perjalanan hidupnya cukup berliku. Saat duduk di bangku sekolah menengah atas, tepatnya SMA 2 Makassar, ia sempat sakit dan diduga kurang waras. "Tapi alhamdulillah saya sembuh 100 persen," katanya. Tapi ia tak bisa mengingat keseluruhan cerita hidupnya saat SMA dan kuliah hingga berangkat ke Amerika Serikat.
"Saya terkena penyakit yang tidak diketahui oleh dokter sekalipun. Dulu, kalau penyakit itu kambuh, saya kejang tak keruan dan sering mengawur," ujarnya. "Saya punya kemauan kuat untuk memulai segalanya dari nol. Makanya, saat ini saya butuh tempat usaha. Siapa tahu ada yang bisa memberikan fasilitas."
Untuk meyakinkan cerita-cerita Ibe, Tempo menyambangi rumahnya di Jalan Timah III Blok A27 No 17. Rumah berlantai dua dengan cat putih tersebut terlihat kokoh. Sebuah mobil mewah terparkir di garasi. Menyaksikan rumah tersebut, tak mengherankan jika banyak yang tak percaya saat membandingkan usaha Ibe berjualan mainan dalam gerobak pengangkut pasir.
"Saya bilang, saya memulai segalanya dari nol. Saya ingin membuktikan kepada orang tua bahwa saya bisa mencari uang dan tidak melulu dibantu. Terakhir saya berdoa semoga saya bisa menikah dari usaha ini," ujarnya. ICHSAN AMIN
Post Date : 15 April 2011
|