Olah Air Bersih untuk Pengungsi

Sumber:Kompas - 08 November 2010
Kategori:Air Minum

Air bersih menjadi kebutuhan vital di tempat-tempat pengungsian. Para pengungsi memakainya untuk kebutuhan mandi dan kegiatan di toilet. Kebutuhan air bersih untuk semua tempat pengungsian baik di wilayah DIY dan sebagian Jawa Tengah per hari mencapai 200.000 liter. Lalu siapakah yang menyediakannya?

Tugas penyediaan air bersih diambil oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Mereka menerjunkan tim water and sanitation. Jumlah personelnya ada 22 orang. Sebanyak 14 orang bertanggung jawab atas pengoperasian mesin produksi air bersih dan sisanya urusan distribusi.

Dengan peralatan memadai, mereka sanggup memproduksi sekitar 450.000 liter air per hari. Artinya, dengan jumlah itu, seharusnya tidak ada tempat pengungsian yang kekurangan air bersih. Namun, faktanya beberapa tempat pengungsian masih kekurangan.

”Kemungkinan ada kendala di koordinasi. Prinsipnya suplai air mesih lebih dari cukup. Jika kekurangan, silakan menghubungi kami,” kata Haris Kusdinar, koordinator produksi dan distribusi air PMI, Minggu (7/11).

Untuk memproduksi air bersih, PMI memanfaatkan air yang mengalir di Selokan Mataram. Air itu disedot lalu dialirkan ke dua bak penampungan, masing-masing berkapasitas 30.000 liter dan 45.000 liter. Selokan Mataram menjadi pilihan karena debit airnya cukup besar sehingga pasokan airnya cukup memadai.

Setelah bak penampungan penuh kemudian dialirkan ke water treatment plan untuk menjalani proses filterisasi. Setiap 20.000 liter air butuh waktu sekitar 1 jam untuk memprosesnya. Setelah diproses, air lalu dimasukkan ke kantong-kantong air berkapasitas 10.000 liter.

Ada puluhan kantong yang tersedia dan harus diisi PMI. Setelah penuh, kantong-kantong itu didistribusikan ke tempat-tempat pengungsian. ”Tiap hari mesin berproduksi hampir 24 jam. Paling hanya berhenti sebentar saat kami makan. Seluruh proses harus diawasi. Jadi nggak bisa ditinggal,” ujar Haris.

Ia memperkirakan permintaan air bersih terus meningkat seiring dengan meningkatnya gelombang arus pengungsi Merapi. Permintaan juga datang dari perusahaan daerah air minum (PDAM). ”PDAM yang semula juga melayani air bersih untuk mengungsi sudah mulai melimpahkan ke kami. Alasannya karena beberapa sungai yang menyuplai sumber air mereka tidak bisa dimanfaatkan lagi akibat lahar dingin,” paparnya.

Rencananya, pada 10 November PMI mendatangkan peralatan khusus untuk mengolah air hingga siap minum. Alat itu didatangkan karena kebutuhan air untuk minum meningkat. Selama ini, tempat pengungsian hanya mengandalkan air minum kemasan.

Saat mengunjungi lokasi pembuatan air bersih, Ketua PMI Jusuf Kalla mengatakan, sejak awal para relawan PMI telah terlibat sebagai personel Emergency Response Unit Water and Sanitation dalam kegiatan respons darurat bencana di berbagai tempat.

Operasional di Indonesia diawali dari penanganan bencana alam gempa bumi dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara tahun 2004. (ENY)



Post Date : 08 November 2010