Normalisasi Bukan Solusi Terbaik

Sumber:Kompas - 04 Desember 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Bandung, Kompas - Banjir tidak akan benar-benar bisa dihilangkan di Bandung selatan meski proyek normalisasi Sungai Citarum tahap III, yaitu pengerukan sembilan anak sungai, selesai. Sebab, sekitar 900 hektar wilayah belum bebas banjir.

Itu dikatakan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Mudjiadi di Bandung, Rabu (3/12). Sembilan anak sungai yang direncanakan dikeruk adalah Cikeruh Hulu, Cibeusi, Cimande, Cikijing, Citarik Hulu, Citarum Hulu, Cisangkuy Hulu, Citalutuk, dan Ciputat.

"Proyek normalisasi Sungai Citarum didasarkan pada banjir tahun 1986 yang menggenangi 7.400 hektar di wilayah Bandung dan diselesaikan dengan tiga tahap. Selesainya tahap I dan II telah mengurangi area banjir menjadi 2.400 hektar," katanya.

Mudjiadi menjelaskan, ada beberapa daerah yang sulit lepas dari banjir, seperti Dayeuhkolot, karena masalah topografi yang rendah, terletak di daerah pertemuan Sungai Citarum dengan anak sungainya, dan penurunan muka tanah akibat pengambilan air bawah tanah.

Normalisasi Sungai Citarum tahap III pun belum dilaksanakan karena belum ada dana. Dengan nilai proyek Rp 350 miliar, tidak mungkin mengharapkan pendanaan dari APBN kecuali dari bantuan luar negeri. Hingga kini pendanaan masih diupayakan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Pengerukan sembilan anak sungai diperkirakan menelan dana Rp 192 miliar untuk pembebasan lahan 125 hektar. "Nilai estimasi itu berdasarkan perhitungan tahun 2007. Kemungkinan nilainya akan meningkat bila proyek dilaksanakan pada 2009," ujar Mudjiadi.

Pengerukan

Meskipun dituding sebagai proyek yang menghabiskan banyak dana dengan hasil tidak efektif, BBWS Citarum tetap mempertimbangkan pengerukan sungai sebagai salah satu solusi jangka pendek mengurangi luas genangan akibat banjir. Pengerukan pada 2006 menghabiskan Rp 100 miliar dari dana pinjaman luar negeri.

"Idealnya penanganan banjir memang dengan reboisasi daerah hulu. Namun, manfaatnya baru terasa 20 tahun kemudian. Sebelum itu, banjir tetap harus dikendalikan dan salah satu caranya adalah pengerukan," kata Mudjiadi.

Camat Baleendah Ruli Hadiana mengharapkan ada penanganan jangka pendek untuk beberapa wilayah rawan banjir seperti di Kampung Cieunteung atau RW 20 Kelurahan Baleendah. Daerah itu lebih rendah dari permukaan sungai sehingga jika air sungai meluap sedikit saja, sekitar 300 rumah langsung terendam.

Sambil menunggu pemerintah pusat merancang kebijakan penanganan banjir di Sungai Citarum yang komprehensif, ada baiknya dilakukan solusi jangka pendek untuk wilayah rawan banjir, seperti pengerukan, pembangunan tanggul penahan air, atau pembuatan daerah parkir air.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian (Deptan) Hilman Manan mengatakan, Deptan memiliki program konservasi daerah aliran sungai dengan tujuan mencegah degradasi lahan, erosi, dan banjir seraya mempertahankan hasil yang didapatkan petani. Sebanyak 20 kabupaten di lima provinsi di Indonesia dijadikan contoh dengan total lahan seluas 19.500 hektar. (eld)



Post Date : 04 Desember 2008