|
Jakarta, Kompas - Pembongkaran bangunan yang berdiri di atas saluran air di Jakarta Barat untuk menormalkan dan memfungsikan kembali saluran air baru selesai 60 persen. Target sekitar 20 persen normalisasi saluran air selesai akhir Desember 2010. Sisanya tahun 2011. Sebanyak 120 jembatan inrit permanen yang menutup saluran air di Jalan Patra, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (28/10), dibongkar. ”Jembatan itu dibongkar karena menutup saluran air dan mempersulit pengerukan,” kata Kepala Suku Dinas PU Tata Air Jakbar Heryanto. Hampir setiap kali turun hujan deras selama sekitar satu jam, Jalan Patra selalu tergenang air hingga setinggi lutut orang dewasa. Kendaraan, terutama sepe- da motor, sering kali harus memutar balik melewati jalan lain. Dua hari sebelumnya, petugas dari Sudin PU Tata Air Jakbar membongkar 60 bangunan di atas saluran air di Kelurahan Tangki, Kecamatan Taman Sari. Di Jakbar, sebanyak 75 persen dari 200 saluran air penghubung tertutup bangunan permanen. Warung, lapak, gubuk, gudang, dan rumah tinggal berdiri secara ilegal di atas saluran-saluran air tersebut. Alhasil, kala hujan turun muncul genangan air di ruas-ruas jalan. Kawasan dengan bangunan liar di atas saluran air terbanyak berada di Kecamatan Tambora dan Kecamatan Cengkareng. Sebelum bangunan-bangunan di atas saluran air itu dibongkar, genangan air bertahan hingga empat jam. Menurut Heryanto, genangan air kini bisa surut dalam waktu satu jam. Curah hujan tinggi dalam beberapa bulan terakhir, ditambah air pasang laut, luapan air di wilayah Jakbar menjadi lebih besar volumenya karena saluran air yang ada tidak mampu menampung air. ”Mayoritas saluran air berkedalaman kurang dari 3,5 meter sehingga cepat terisi air jika hujan deras atau terjadi pasang air laut tinggi,” ujar Heryanto. Pengerukan sungai Untuk mengatasinya, mengeruk sungai. Jika sungai-sungai telah dikeruk, kemampuan untuk menampung air semakin besar. ”Kini, yang belum tertangani adalah Kali Pesanggrahan dan Kali Sekretaris. Kami harap pengerukan dan normalisasi sungai dapat segera dilakukan sehingga Jakbar terbebas dari genangan air saat musim hujan,” kata Heryanto. Sementara Wakil Wali Kota Jakarta Timur Asep Syarifudin, Rabu (27/10), mengakui, penyebab sejumlah lokasi banjir di Jaktim sebagian karena penyempitan serta pendangkalan kali. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Jaktim pada pertengahan November secara serempak mengeruk sejumlah kali di Jaktim yang mengalami penyempitan dan pendangkalan. Kali yang akan dikeruk adalah Kali Sunter, Kali Cipinang, Kali Jatikramat, Kali Buaran, dan Kali Cakung Drain. ”Tidak ada lagi alasan hambatan karena proses lelang proyek,” kata Asep. Dia mengakui, penyempitan dan pendangkalan kali membuat air kali meluap sebelum sampai ke kanal banjir timur. Hal itu tentu saja membuat fungsi kanal timur menekan banjir di sebagian Jakarta melemah. Tentang rencana pengerukan ini, Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Ery Basworo mengatakan sebaliknya. ”Sepengetahuan saya, hingga akhir tahun 2010, tidak ada kegiatan pengerukan kali di Jaktim.” (FRO/WIN) Post Date : 29 Oktober 2010 |