|
[NUSA DUA] Dalam rangkaian negosiasi tentang CDM, negara-negara produsen minyak anggota OPEC, khususnya dari negara-negara Arab, menginginkan carbon capture storage (CCS) masuk ke CDM. CCS diperlukan untuk membantu menurunkan emisi gas rumah kaca. Negara-negara Arab berpendapat, dimasukkannya CCS ke dalam CDM merupakan upaya mereka untuk menangkap emisi gas rumah kaca dari penggunaan minyak atau aktivitas eksplorasi. Tetapi, pada umumnya delegasi tidak setuju. Sebab, apabila hal itu dilakukan, diperlukan teknologi yang sangat spesifik "CCS itu teknologinya belum bisa memberikan kepuasan pada para pihak," kata Liana Bratasida, anggota EB. Sampai saat ini belum bisa dipastikan apakah teknologi CCS itu aman dan dijamin tidak bakal terjadi kebocoran. "Kalau sampai terjadi kebocoran, bagaimana? Sebab CCS itu ditanam di bawah tanah dan di bawah laut dengan cara diinjeksi," kata Liana. Untuk itu, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa CCS yang dipasang tidak akan mengalami kebocoran atau gagal secara teknis. "Kita sekarang sedang meminta pendapat para pakar untuk mencoba meyakinkan para pengambil keputusan bahwa CCS dijamin tidak ada kebocoran," ungkap Liana. Diharapkan, keputusan bahwa CCS bisa dijadikan proyek CDM dapat disepakati pada COP-14/MOP-4 tahun 2008 di Poznan, Polandia. CCS pertama kali dibahas pada COP- 11/MOP 1 tahun 2005. Selama dua tahun ini belum bisa dibuktikan bahwa teknologi CCS aman. Sejumlah negara yang punya teknologi CCS, seperti Norwegia, Kanada, dan Jepang, kini berlomba-lomba merebut peluang karena mereka ingin ada proyek CCS di CDM. "Indonesia yang punya banyak proyek minyak sebetulnya punya peluang di CCS. Maka, CCS di CDM harus ditangkap peluangnya, tetapi dengan kajian, sehingga pada waktu negosiasi kita sudah punya isu teknis di mana kita bisa mengatakan dapat menyelesaikan masalah agar CCS dapat jadi proyek CDM," ujar Liana. [E-9] Post Date : 08 Desember 2007 |