|
Jakarta, Kompas - Setelah pascabencana gempa dan tsunami, akhir bulan Desember 2004, kebutuhan air bersih warga di sebagian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam didukung bantuan dari luar- seperti militer asing dan lembaga swadaya masyarakat lokal/internasional-kini mereka membuka kemungkinan kerja sama dengan pihak swasta. Penjajakan itu dimaksudkan untuk memperoleh jaminan ketersediaan air bersih yang berkesinambungan, yang selama ini mengandalkan bantuan dari luar lantaran keterbatasan anggaran dan fasilitas penunjang. Sejauh ini baru PT Metito Indonesia yang menyambutnya. Mereka sudah mempresentasikan teknologi yang ditawarkan itu dalam suatu rapat percepatan rehabilitasi dan pembangunan sarana air bersih di Banda Aceh, pekan lalu. Rapat dihadiri unsur pemerintah daerah dan seluruh direksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di wilayah NAD. Salah satu teknologi yang dipresentasikan adalah metode desalinasi, yakni teknologi yang mengubah air asin menjadi air tawar yang aman dikonsumsi masyarakat. "Ini masih penjajakan saja. Yang jelas, NAD membutuhkan kesinambungan ketersediaan air bersih," kata Koordinator Tim Rehabilitasi Instalasi PDAM NAD Azhari Ali ketika dihubungi, Kamis (31/3). Menurut Azhari, pembicaraan yang tengah dilakukan belum menghasilkan satu kesimpulan tertentu, apalagi ikatan kerja sama. Dalam waktu dekat, PT Metito akan melakukan studi kelayakan di lapangan sebelum diambil keputusan apakah diterima atau tidak. Salah satu sasaran yang nantinya diharapkan tercakup layanan air bersih meliputi kawasan pantai barat, seperti Calang, Lamno, dan Meulaboh. Pihak Metito yang diwakili Comersial Advisor Herman Setiabudi mengatakan, pihaknya sanggup terlibat dalam pembuatan instalasi air, sekaligus pengelolaan dan distribusinya, bila pemerintah menyetujui rencana mereka. Akan tetapi, lanjut Herman, pembicaraan yang tengah dilakukan masih berupa penjajakan yang masih membutuhkan pembicaraan susulan. Menurut Azhari, kondisi instalasi air bersih di seluruh NAD dalam kondisi memprihatinkan dan hanya sanggup melayani 20 persen penduduk. Padahal, kondisi masyarakat pascatsunami masih membutuhkan dukungan maksimal. Di tengah upaya merehabilitasi instalasi air bersih, gempa berkekuatan 8,7 pada skala Richter Senin tengah malam lalu mengguncang Pulau Nias, termasuk Banda Aceh, Singkil, dan Simeulue yang termasuk wilayah NAD. (GSA) Post Date : 01 April 2005 |