Palembang, Kompas - Keinginan Wali Kota Palembang Eddy Santana meningkatkan kualitas air bersih harus diikuti dengan bukti nyata. Alasannya, kualitas air yang selama ini dikonsumsi warga masih sangat buruk. Karena itu, kinerja PDAM Musi Tirta harus dikontrol secara ketat.
Pengamat infrastruktur dan perkotaan dari Universitas Sriwijaya, Ari Siswanto, di Palembang, Selasa (6/4), mengatakan, dirinya pernah melakukan penelitian khusus tentang pelayanan air bersih pada Oktober 2009. Kegiatan yang bersifat spontan ini dilakukan karena dirinya sering mendengar keluhan masyarakat perihal layanan air bersih.
”Keluhan ini saya dengar langsung dari warga dan ada juga yang disampaikan melalui surat kabar. Keluhan terbanyak soal pencurian air bersih, kemudian soal rendahnya kualitas air bersih, dan soal waktu pelayanan,” katanya.
Ari lalu meneliti sampel air bersih yang dikumpulkan di sejumlah kelurahan, salah satunya di Kemang Manis. Hasilnya, air kotor dan berbau. Selain itu, waktu pelayanan di kelurahan itu juga tidak bisa dipastikan.
Ari menyimpulkan, PDAM Tirta Musi perlu melakukan pembenahan di tiga bidang pelayanan, yakni meningkatkan kualitas air bersih, meningkatkan waktu pelayanan, dan meminimalisasi pencurian air.
Untuk mendukung peningkatkan kinerja tersebut, perlu ada lembaga yang khusus memantau kinerja PDAM Musi Tirta yang telah menggunakan uang rakyat begitu banyak. Tak adil jika hanya pemerintah kota yang memantau. ”Harus ada lembaga khusus semacam YLKI atau lembaga independen lain untuk bisa memantau kinerja,” katanya.
Tingkatkan kinerja
Selain itu, Ari juga menyarankan agar PDAM Tirta Musi meningkatkan kinerja pelayanan air bersih. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian pihak PDAM, antara lain pembenahan jaringan distribusi, penertiban pengambilan air bersih secara ilegal, dan pemantauan kualitas air bersih.
Ari mencontohkan soal pelayanan di jaringan distribusi. Tiga tahun silam, direksi PDAM menargetkan seluruh Kota Palembang akan terlayani air bersih paling lambat tahun 2010. Namun, target itu tidak tercapai.
”Malah, direksi yang sekarang menargetkan lebih mundur lagi, yakni paling lambat tahun 2012. Tentunya, hal ini harus menjadi perhatian sehingga perlu ada lembaga pemantau kinerja. Alasan lain, BUMD itu bisa hidup dari investasi uang APBD. Artinya, ada keterlibatan rakyat di dalamnya,” kata Ari.
Contoh lainnya soal pencurian air PDAM. Sejak bertahun-tahun silam, PDAM selalu berjanji menekan kasus pencurian air bersih. Namun, sampai sekarang, pencurian masih marak berlangsung di sejumlah tempat. Bahkan, Ari mengaku ada salah seorang tetangganya yang terang-terangan mencuri air dari pipa utama, tetapi belum pernah ditertibkan.
Keluhan warga
Sejumlah warga di Kelurahan Sialang masih mengeluhkan soal waktu pelayanan air bersih. Menurut Nora (32), warga RT 01 RW 11, waktu pengaliran air bersih sepekan ini menjadi lebih singkat atau hanya pada jam tertentu.
”Biasanya, air bersih mengalir mulai pukul 05.00 sampai pukul 18.00. Namun, sepekan ini layanan air bersih hanya sampai siang hari. Padahal, kegiatan rumah tangga kami, seperti mencuci baju dan membersihkan rumah, berlangsung pada sore hari. Ini karena saya dan suami harus mengajar pada pagi hingga siang hari,” katanya.
Bagi Nora, masalah itu jelas mengganggu sehingga, sudah tiga hari ini Nora mengalihkan jam mencuci pada pagi hari sebelum berangkat mengajar. Padahal, pola seperti itu mengganggu konsentrasi kerja Nora sebagai guru SMP.
Dia berharap waktu pelayanan air bersih PDAM kembali ke pola semula hingga sore hari dengan mutu air yang lebih baik. (ONI)
Post Date : 07 April 2010
|