|
Tangerang,Kompas--Mutu air kali Cisadane yang menjadi sumber air minum bagi warga Tangerang dan Jakarta saat ini diketahui sudah dibawah standar yang ditetapkan pemerintah. Oleh sebab itu air sungai tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi lagi. Penc emaran yang terjadi terutama disebabkan oleh limbah rumah tangga termasuk tinja, detergen ditambah limbah pabrik di sekitar kali Cisadane yang langsung dibuang ke sungai tersebut. Demikianketerangan yang dihimpun Kompas dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang dan Direktur Eksekutif Yayasan Peduli Lingkungan Hidup (YAPELH) Uyup Setia Bakti pekan lalu. Kondisi tersebut tak dipungkiri Direktur Teknik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Benteng Kota Tangerang Yogie Patriana Alsyah. Akan tetapi pihaknya memiliki cara untuk mengatasi kondisi baku mutu air kali tersebut. "Kami memiliki cara pengolahan yang membuat kondisi air semula di bawah standar yang ditentukan menjadi air siap minum," kata Yogie. Hasil pengolahan air di perusahaannya secara rutin diperiksa oleh PT Sucofindo yang menyatakan air minum yang dihasilkan PDAM Tirta Benteng layak minum. Masalah yang justru mengganggu perusahaannya adalah makin tingginya kandungan lumpur dalam air sungai yang mengalir di wilayah kabupaten dan kota Tangerang itu. "Makin tinggi sedimentasi makin besar biaya untuk membuat air sungai menjadi layak minum," lanjut Yogie. Uyup mengutip hasil uji kualitas limbah domestik sungai Cisadane yang diadakan Dinas LH Kota Tangerang tahun 2006 menunjukkan dari tujuh parameter bahan kimia, mutu air Cisadane dibawah standar. Kandungan asam Kasus pencurian air bersih di Kota Tangerang tahun 2006 cenderung naik. Oleh sebab itu, Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Benteng Kota Tangerang meminta para pelanggannya tidak melakukan tindak pidana tersebut karena jika terbukti, mereka bisa dihukum denda minimal Rp 5 juta atau masuk penjara. Demikian disampaikan Kepala Seksi Hubungan Masyarakat PDAM Tirta Benteng Indra Wawan Setiawan pada Rabu (28/6) di Tangerang. Meskipun ia belum bisa memastikan berapa besar sumbangan kasus pencurian air bersih kepada pendapatan perusahaan, namun rata-rata setiap tahun terjadi kebocoran penyaluran air bersih sebesar 15 persen dari kapasitas terpasang yakni 380 liter per detik. "Bisa jadi selain dicuri, air yang hilang begitu saja tanpa memberikan penghasilan kepada PDAM karena kebocoran pipa," katanya. Indra mengakui sepanjang awal hingga pertengahan tahun 2006 baru terjadi dua kali pencurian, namun angka ini naik dibanding tahun-tahun sebelumnya yang diketahui tak ada kasus pencurian air. Post Date : 29 Juni 2006 |