|
BALAI KOTA- Memasuki musim hujan, saluran drainase Kota Semarang menunggu dibersihkan. Usaha pengerukan dilakukan karena saluran air itu tersumbat sampah dan endapan lumpur. Namun, genangan air diperkirakan tetap akan terjadi di beberapa wilayah, terutama di dekat Kali Semarang dan saluran Kaligawe. Penjelasan itu disampaikan Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Ir M Fauzi MT. Dia mengungkapkan, pengerukan sudah dilaksanakan sejak beberapa waktu lalu. Di beberapa wilayah, kata Fauzi, mendapat perhatian lebih seperti jalur pantura dan kawasan bisnis di pusat kota. ''Saluran Mangkang segera dibersihkan dari endapan lumpur. Pada saat hujan, sepanjang jalan Mangkang-Kendal kerap tergenang karena Kali Bringin meluap,'' paparnya. Ruas saluran lain yang mendapat perhatian utama adalah saluran di Jl Tentara Pelajar, Jl Kaligawe, Kampung Petek, dan kawasan Simpanglima. Panjang saluran drainase di Kota Semarang mencapai 7.000 km. Untuk saluran sebanyak itu, idealnya disediakan anggaran pemeliharaan sekitar Rp 40 miliar/tahun. Kota Surabaya, misalnya, menganggarkan Rp 75 miliar/tahun untuk pemeliharaan saluran. ''Karena keterbatasan dana, anggaran pemeliharaan saluran hanya Rp 1 miliar-Rp 1,2 miliar. Dengan dana sebesar itu, pembersihan hanya bisa dilakukan tiga-empat kali setiap tahun,'' ujarnya. Tak Menjamin Kendati sudah dibersihkan, Fauzi tak menjamin kawasan rawan banjir sepenuhnya terbebas dari genangan air. Sebab, tingkat penyumbatan di beberapa ruas saluran atau sungai terbilang parah. Misalnya penyumbatan Kali Semarang akibat sampah yang membusuk, batu, dan lumpur. Begitu pula saluran Gebangsari hingga Kaligawe yang banyak ditumbuhi eceng gondok. ''Air dari saluran Gebangsari lambat masuk ke saluran Kaligawe, karena tertahan eceng gendek. Sementara itu, air dari saluran Kaligawe yang mengalir ke Kalitenggang sering meluap, karena kapasitas Kalitenggang tak sebanding dengan debit air yang masuk,'' paparnya. Idealnya, pertemuan antara saluran Gebangsari dan Kaligawe hingga Kalitenggang dibuat kanal hingga ke laut. Namun, pembangunan kanal panjang itu teradang persoalan dana. Fauzi menuturkan, selain melakukan pembersihan, DPU juga mengoptimalisasi kerja pompa-pompa banjir. Saat ini kondisi 40 pompa rob yang mampu bekerja pada debit maksimal 18.000 liter/detik itu masih bagus. Jumlah pompa yang terdapat di setiap stasiun bervariasi, tergantung pada daerah tangkapan air dan luas genangan. Tiap stasiun bisa saja memiliki satu, dua, bahkan delapan pompa. Kapasitas pompa yang paling besar terdapat di kawasan Kota Lama, sekitar 3.500 liter/detik. Berikutnya disusul pompa Kartini dan Bulu, masing-masing dengan kapasitas 3.000 liter/detik dan 2.000 liter/detik. ''Tetapi pompa pun tidak menjamin daerah-daerah itu bebas banjir. Genangan terjadi karena air terhambat dipompa atau intensitas hujan lebih besar daripada daya tampung saluran,'' tambahnya. (H5-18s) Post Date : 22 Oktober 2005 |