Musibah yang Terus Terulang

Sumber:Kompas - 04 April 2012
Kategori:Banjir di Jakarta
Lalu lintas Jakarta kacau balau. Hujan lebat di Ibu Kota dan kiriman air dari kawasan hulu menyebabkan Sungai Pesanggrahan dan Krukut meluap. Permukiman dan pasar kebanjiran, jalan dan jaringan rel pun terendam, Selasa (3/4).
 
Budi Rahayu (47) berjalan menembus banjir setinggi pinggang yang menggenangi Jalan Pos Pengumben Lama, Jakarta Barat, sambil menenteng wajan dan termos. ”Warung saya jebol,” ujarnya.
 
Warung yang berdiri tepat di tepi jalan itu sudah terendam air sejak Selasa dini hari. Hingga pukul 12.00 kemarin, banjir luapan Kali Pesanggrahan belum surut.
 
”Saya sampai di warung jam 06.30, air sudah sampai di atas meja. Dindingnya jebol kena terjangan air,” kata Budi.
 
Akhirnya, dia meminta bantuan pemuda setempat untuk menyelamatkan dagangannya berupa mi instan dan minuman kemasan beserta lemari kacanya. Pemuda itu mengangkat panci, kompor, tabung gas, dan peralatan makan dari warung ke lokasi yang tidak tergenang.
 
Menurut Budi, banjir kerap terjadi di sekitar Jalan Pos Pengumben Lama yang tak jauh dari Kali Pesanggrahan. Ketinggian banjir bervariasi, mulai dari semata kaki hingga seleher orang dewasa, tergantung dari curah hujan.
 
”Rugi, ya pastilah. Semestinya saya bisa jualan jadi enggak bisa jualan karena banjir. Warung saya jebol pula,” tutur Budi yang biasa membuka warung mulai pukul 07.00 hingga pukul 18.00.
 
Toko kelontong di sebelah warung Budi sudah tutup sejak Senin malam. Ketinggian air sudah mencapai pegangan pintu toko tersebut.
 
Aktivitas ekonomi warga di Jalan Raya Pos Pengumben pun terganggu. Ruas jalan yang menghubungkan Jakarta dan Tangerang itu terendam air sekitar 20 sentimeter akibat luapan Kali Pesanggrahan.
 
Sejumlah bengkel, warung, rumah makan, dan usaha lain memang tetap buka. Namun, aktivitas bongkar muat pasokan barang terganggu karena jalanan terendam air. Calon pembeli pun enggan mampir karena harus menembus genangan.
 
Di Pasar Cipulir, Jalan Ciledug Raya, Jakarta Selatan, saat pedagang berdatangan pada Selasa pukul 06.30-07.00, luapan Kali Pesanggrahan telah merendam kios-kios mereka.
 
”Waduh, kemarin baru datang pesanan celana pendek dan baju muslim, sekarang terendam. Kalau cuma basah bisa langsung jemur. Ini airnya kotor begini. Baju-baju pada kuning dan bau busuk,” kata Inay (39), salah seorang pedagang di Cipulir.
 
Lahan parkir tepat di samping aliran Pesanggrahan yang biasanya terisi penuh oleh mobil, sepeda motor, dan kendaraan bongkar muat barang, kemarin, tergenang hingga di atas pinggang orang dewasa.
 
Banjir di kawasan ini terjadi hingga sore. Rolling door di lantai dasar Pasar Cipulir tertutup rapat. Karung-karung plastik putih berisi pasir ditumpuk di depan pintu untuk mencegah air tidak terus-menerus merangsek masuk ke dalam pasar.
 
Macet
 
Terganggunya roda perekonomian tak hanya mendera pedagang. Kemacetan parah terjadi sejak Senin malam hingga Selasa siang. Kemacetan ini terjadi karena banyaknya akses utama menuju Jakarta yang tertutup banjir hingga setinggi 1 meter.
 
Dengan mengendarai sepeda motornya, Fatahillah (38) menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk melaju dari rumah kontrakannya di kawasan Cidodol, Jalan Ciledug Raya, menuju kantornya di Kembangan, Jakarta Barat.
 
”Sepeda motor saja tidak bergerak kena macet di Joglo Raya. Biasanya paling lama 30 menit sampai kantor,” tutur Fatahillah.
 
Selain itu, arus kendaraan di tol dalam kota dari arah Bekasi, Bogor, Tangerang, dan Depok juga sempat tak bergerak.
 
”Janji dengan klien jam 09.00, saya baru bisa datang jam 11.30. Terpaksa ada beberapa janji lain dibatalkan,” kata Ceicila (26), pegawai perusahaan asuransi.
 
Setiap tahun, kekacauan lalu lintas serupa selalu terulang. Penyebabnya sama, badan sungai yang menyempit dan dangkal. Pendangkalan terjadi karena berbagai alih fungsi lahan yang tak memperhitungkan keseimbangan lingkungan, kiriman air dari kawasan hulu yang daerah aliran sungainya juga rusak, serta program normalisasi sungai yang terus tertunda. Banjir besar yang merendam sebagian besar Jakarta serta nyaris melumpuhkan seluruh aktivitas kota pernah terjadi pada tahun 1996, 2002, dan 2007.
 
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama pemerintah pusat selama lima tahun terakhir sudah mengerjakan perbaikan gorong-gorong. Kanal Timur selesai dibuat dan Kanal Barat juga diperbaiki. Selain itu juga dilakukan pengerukan sebagian sungai dan sodetan kali. Namun, normalisasi 13 sungai, termasuk penertiban bantaran Ciliwung, direncanakan berjalan tahun ini setelah tertunda beberapa kali. Padahal, normalisasi untuk menjadikan sungai dan bantarannya kembali seperti semula menjadi kunci utama penanggulangan banjir. (FRANSISCA ROMANA)


Post Date : 04 April 2012