|
Jakarta, Kompas - Berbagai macam penyakit mematikan mulai mengancam warga Jakarta. Selain demam berdarah, penyakit muntaber dan diare mulai menyerang ribuan orang. Sepanjang bulan Januari tahun ini Dinas Kesehatan DKI mencatat 1.322 orang dirawat di rumah sakit karena muntaber dan diare. Merebaknya penyakit tersebut diperparah oleh banjir yang menggenangi sebagian besar wilayah Jakarta. Sementara itu, jumlah korban demam berdarah dengue (DBD) terus melonjak tajam. Hingga Senin (24/1), jumlah korban yang dirawat inap di rumah sakit mencapai 561 orang. Pasien DBD terbanyak dirawat di Rumah Sakit Husada, yaitu 37 orang. Adapun di Rumah Sakit Fatmawati 30 orang. Penyakit mematikan ini telah menewaskan lima orang. Di RS Fatmawati rata-rata setiap harinya ada dua sampai tiga pasien yang dirawat. Sebagian besar pasien yang masuk rumah sakit itu berasal dari daerah endemi DBD, yaitu Kelurahan Kebayoran Lama dan Pondok Pinang. Sebagai antisipasi, Dinas Kesehatan DKI sudah memberi pengarahan kepada seluruh rumah sakit untuk menghadapi lonjakan kasus demam berdarah. Menurut Kepala Seksi Promosi Kesehatan Zelvino, setiap rumah sakit di DKI harus mulai waspada jika ada pasien yang datang dalam keadaan demam. "Setiap ada pasien yang demam harus mulai diobservasi sesuai prosedur untuk diagnosa demam berdarah," kata Zelvino. Namun sayangnya, banyak pasien yang dicurigai demam berdarah tidak memeriksakan diri ke dokter yang sama jika mengalami gejala panas. Akibatnya, banyak pasien yang sulit dipantau. Sementara itu, para pengungsi dan warga di daerah banjir yang rumahnya masih digenangi air mulai memeriksakan diri ke posko-posko kesehatan yang didirikan di daerah pengungsian. Selain di posko kesehatan, warga yang menjadi korban banjir juga memeriksakan diri ke puskesmas. Tercemar cacing Dari Bogor dilaporkan, puluhan warga RT 06 RW 11 Kelurahan Pabuaran, Cibinong, Kabupaten Bogor, kemarin mengumpulkan tanda tangan, yang kemudian diserahkan ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Mereka berharap YLKI membantu "menggugat" Perusahaan Daerah Air Minimum (PDAM) Kabupaten Bogor. Pengaduan ke YLKI itu dilakukan karena sejak 10 Januari lalu air bersih yang disalurkan ke rumah-rumah warga tercemar lumpur dan cacing. Manaharan, salah seorang warga, mengatakan, mereka menuntut agar PDAM memberikan ganti rugi dan bertanggung jawab jika warga terserang penyakit akibat air yang tercemar tersebut. Akan tetapi, Herdi, seorang staf humas PDAM, mengatakan, persoalan dugaan pencemaran lumpur dan cacing tersebut sudah dapat diatasi. (ind/RTS) Post Date : 25 Januari 2005 |