|
SLAMET (42) kaget ketika mengaduk batu menangguk air. Padahal penduduk Pedukuhan Teguhan, Desa Wunung, Kecamatan Wonosari ini baru menggali batu sedalam dua meter. Bahkan ketika diperdalam sedikit, air itu semakin banyak menggenang. Pada kedalaman empat meter, air sudah sedalam 1,5 meter. Sumur tiban ini memang menggemparkan. Sebab Desa Wunung dan sekitarnya termasuk wilayah kekeringan di musim kemarau. Tak satupun sumur gali ada di kampung ini. Karenanya sebagian warga membuat bak-bak penampungan air, untuk persediaan di musim kemarau. Air sumur sekarang dimanfaatkan penduduk untuk kebutuhan air bersih, kata Paidi (60) penduduk Teguhan yang sehari-hari sebagai perajin batu di sekitar sumur kepada KR, Rabu (5/10). Temuan sumur di Bulak Krasakan ini memang tak sengaja. Slamet yang menggarap lahan pertanian, sekitar tiga minggu mencoba untuk menggali batu-batuan yang ada di ladangnya. Namun nalurinya merasakan ada yang aneh, dari pengedukan batu kali ini. Selain pengab dan sumpek, juga ada rasa hangat menjalar aneh. Batinnya pun merasa ada air di lubang yang digali berdiameter 1 meter. Karenanya ia terus mengeduk, kemudian muncul mata air yang cukup deras. Temuan ini membuat warga masyarakat heboh. Kemudian terus diperdalam. Tetapi ketika kedalaman sekitar 8 meter, justru kandungan airnya surut. Tetapi tetap saja mengalir deras. Sekarang ini rata-rata sehari diambil orang 2 pikul, tambah Slamet. Tak hanya warga sekitar yang kemudian memanfaatkan untuk kebutuhan air bersih. Sejumlah perajin batu yang bekerja di sekitarnya juga mengambil air dari sumur baru ini. Tidak untuk minum, tetapi untuk mengairi celah-celah gergaji batu agar lancar. Meskipun tak akan mencukupi seluruh kebutuhan penduduk Pedukuhan Teguhan dan sekitarnya, tetapi keberadaan sumur tiban di musim kemarau panjang ini perlu dicermati. Artinya, kawasan yang tak pernah ditemukan sumur ini, ternyata ada galian yang mengeluarkan air. Bahkan dalam kedalaman yang relatif dangkal. Jika dilakukan studi, barangkali sekitar bulak ini masih menyimpan air yang dapat dimanfaatkan penduduk, tambahnya. Meski airnya tak melimpah, air sumur tiban ini tak hanya dimanfaatkan warga Pedukuhan Teguhan, Desa Wunung, tetapi sebagian warga Pedukuhan Kepil, Desa Mulo juga ada yang mengambil. Konon, di dekat sumur tiban dan juga dekat pohon Kepil dulu kala ada sumur yang cukup air. Hanya sumber tersebut sudah bertahun-tahun mati. Namun, kini muncul sumur tiban yang airnya menggenang bening. Akankah mata air sumber lama muncul di sumur ini? Tentu masih perlu dilakukan penelitian. Tetapi sumur ini bermanfaat bagi masyarakat, tambah Paidi. (Endar W)-b Post Date : 06 Oktober 2005 |