|
LUMAJANG - Ancaman kekeringan pada beberapa di Kecamatan Lumajang mulai terbukti. Hampir satu bulan ini, ribuan warga dari Kecamatan Gucialit, Kedungjajang, Ranuyuso, Klakah, dan Padang mulai kesulitan air. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ribuan warga itu harus antre mendapatkan air. Bahkan, ratusan warga lainnya harus rela turun ke bawah untuk mencari sumber air bersih. Kekeringan di beberapa wilayah ini diperkirakan juga diakibatkan oleh matinya 159 mata air di daerah penyangga. Salah satu daerah yang cukup parah berada di Desa Kedawung, Kecamatan Padang, Lumajang. Ribuan warga desa ini setiap harinya harus berebut air yang disuplai Pemkab Lumajang. Sebagian lainnya, harus mencari sumber mata air sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut penuturan Laspuji, warga Kedawung, hampir satu bulan ini dirinya dan warga lainnya kesulitan air. Yakni, air bersih yang digunakan untuk minum, mandi, mencuci perkakas dapur, dan mencuci. "Saya terpaksa menggunakan air sungai yang ada," kata Laspuji. Ironisnya, air sungai itu tingkat kebersihannya sangat minim. Berdasarkan pantuaan Erje, air sungai itu tampak keruh dan berbau. Sehingga, tidak memenuhi unsur higienitas untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan untuk mendapatkan air bersih, dirinya harus mengeluarkan uang saku setiap harinya. "Kalau tidak ingin seperti ini harus mengeluarkan uang. Sekali jalan bisa kena ongkos Rp 2 ribu Mas," imbuhnya. Biasanya, sambung perempuan paruh baya ini dirinya juga terpaksa ke daerah lain bila air sungai atau tadah hujan di tempat itu habis. "Kalau air di sini habis dan tidak punya uang, saya terpaksa jalan kaki 3 km," ungkapnya. Sayang dari tahun ke tahun, Pemkab Lumajang belum menemukan solusi konkret soal kekeringan ini. Setiap tahun, pemkab hanya mengirimkan mobil pengangkut air ke Desa Kedawung. Itu pun masih dikenai ongkos pengiriman rata-rata senilai Rp 250 per jerigen. Kualitasnya pun kurang baik karena air tersebut diambil dari air sungai di bawah. "Saya biasanya turun ke sumber air dengan menumpang truk tebu yang lewat kalau tidak ada, ya jalan kaki 3 km," tutur Wati, warga lainnya. Kegiatan itu, kata Wati, dilakukan bersama keluarganya hampir setiap tahun. Sementara itu, Kabid Perlindungan Masyarakat Drs Rochani menyatakan, semua daerah yang kekurangan air telah disuplai air bersih. "Sejak ada permintaan air bersih mobil tangki langsung dikirimkan," kata Rochani. Dia juga menyatakan beberapa kecamatan itu memang selalu disuplai dengan air bersih ketika kemarau. (aro) Post Date : 18 Juni 2005 |