|
Tangerang, Kompas - PT Moya Indonesia, perusahaan asing dari Bahrain, menginvestasikan dana Rp 1,15 triliun untuk mengelola air bersih Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Benteng, Kota Tangerang. Kerja sama pengelolaan air bersih itu dilakukan untuk masa 25 tahun. ”Melalui kerja sama ini ditargetkan dalam lima tahun ke depan akan ada 120.000 sambungan baru. Saat ini baru ada sekitar 20.000 sambungan,” ujar Direktur Utama PDAM Tirta Benteng Marju Kodri seusai penandatanganan kerja sama pengelolaan air dengan Direktur Utama PT Moya Indonesia Ziyed Omar, Sabtu (18/2). Hadir pula Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto. Menurut Marju, selama ini PDAM Tirta Benteng mengelola sendiri air bersih dengan modal dari Pemerintah Kota Tangerang. Namun, dengan penyertaan modal Rp 5 miliar per tahun, sulit bagi BUMD meningkatkan jumlah pelanggan baru. ”Jadi, jangan heran bila kami belum mampu melayani penyediaan air bersih untuk seluruh warga Kota Tangerang,” katanya. PT Moya Indonesia, anak perusahaan dari Moya Asia Limited, sebelumnya sudah menjalin kerja sama pengelolaan air bersih dengan Bekasi. ”Kami selalu siap bekerja sama dengan semua PDAM yang baik kinerjanya,” tutur Direktur Utama PT Moya Indonesia Ziyed Omar. Omar menilai, penggarapan air bersih yang dilakukan PDAM di seluruh Indonesia masih sangat rendah. Padahal, potensi pasarnya cukup baik. ”Kami tertarik berbisnis air bersih di Indonesia,” ujarnya. Omar mengatakan, lima tahun pertama merupakan tahap pembangunan infrastruktur untuk memenuhi target pemasangan 120.000 pelanggan baru. Sisa waktu 20 tahun untuk melakukan proses bisnis dengan PDAM Tirta Benteng. Djoko Kirmanto menilai positif kemampuan Tirta Benteng menggaet investor asing untuk menggarap bisnis air bersih dalam jumlah besar. Djoko pun berjanji mengawal kerja sama ini. Setuju ultrafiltrasi Sementara itu, setelah menunggu hampir setengah tahun, akhirnya proyek penyediaan air bersih dengan teknologi ultrafiltrasi segera dilaksanakan. Pasalnya, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) sudah mengeluarkan persetujuannya untuk proyek itu. Informasi persetujuan itu disampaikan Dirut PDAM Jaya Sri Kaderi, Minggu (19/2), di Jakarta. Dengan persetujuan ini, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum akan segera mengeluarkan surat izin pemanfaatan air (SIPA). Proyek ultrafiltrasi ini untuk menambah pasokan air bersih bagi warga Jakarta. Sumber air yang diambil berasal dari Cengkareng Drain, Pesanggrahan, Cilandak (Kali Krukut), dan Jembatan Besi (Kanal Banjir Barat). Selama ini, surat izin dari Dirjen SDA belum keluar karena menunggu persetujuan BBWSCC. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menegaskan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya keras menyediakan pasokan air baku bagi warga Jakarta. ”Tidak boleh ada warga DKI Jakarta yang kekurangan air bersih sebab itu merupakan kebutuhan dasar. Jadi, kita akan terus mencari cara untuk menyediakan pasokan air baku, baik melalui proyek ultrafiltasi maupun pembuatan pabrik air bersih di Jatiluhur,” ujarnya. Dengan ultrafiltrasi ini, Jakarta bisa menambah pasokan air bersih dari sumber air bakunya. Selama ini, Jakarta sangat tergantung suplai air baku dari luar, yakni dari Bendungan Jatiluhur, sehingga ketahanan air rentan. Apabila terjadi sesuatu dalam perjalanan air baku menuju Jakarta, Ibu Kota bisa lumpuh karena tidak ada pasokan air bersih perpipaan. Ultrafiltrasi ini juga dianggap bisa menjadi solusi bagi masalah kebutuhan air bersih yang terus meningkat. Saat ini produksi air bersih di Jakarta 18 meter kubik per detik. Sementara dalam target Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) ditetapkan produksi air bersih pada tahun 2015 sebesar 26 kubik per detik. Dengan ultrafiltrasi diharapkan Jakarta mendapat tambahan air bersih 4 kubik per detik. Sri mengatakan, apabila Dirjen SDA sudah mengeluarkan SIPA, lelang akan segera dilaksanakan.(pin/arn) Post Date : 20 Februari 2012 |