Sampah plastik di Samudra Atlantik tidak bertambah, padahal volume penggunaan plastik meningkat di seluruh dunia. Belum tentu ini kabar baik.
Pernah dengar istilah Great Pacific Garbage Patch? Disebutkan, zona yang terbentuk di laut terbuka Samudra Pasifi k utara adalah tempat terkumpulnya sampah-sampah, umumnya plastik.
Oleh arus sedemikian rupa mereka berpusar dalam wilayah seluas dua kali daratan Amerika Serikat. Itulah zona yang dieksplorasi ilmuwan kelautan mulai tahun lalu.
Tahun ini, muncul penggalian serupa untuk ‘garbage patch’ yang mengambang di bawah permukaan Samudra Atlantik.
Namun bedanya, sampahsampah plastik yang terkumpul di zona Antlatik sudah tercacah menjadi kepingan halus. Arus laut yang berpusar mengaduk-aduk sampah itu di permukaan laut terbuka berjarak ratusan mil dari pantai Amerika Utara.
Tim beranggotakan ahli kelautan dari Sea Education Association (SEA), Woods Hole Oceanographic Institution, dan University of Hawaii mencoba menyelisik ada apa di balik kumpulan sampah ini.
Mereka melakukan survei terhadap data sampah selama 22 tahun, antara periode 1986 dan 2008. Dengan menggunakan jaring, kapal mereka melakukan 6.000 kali penyeretan dan mengumpulkan lebih dari 64.000 keping plastik.
Sangkutan plastik terbanyak dikumpulkan pada 1997. Ada 1.069 keping terangkut dalam satu kali penyeretan jaring berdurasi 30 menit. Itu bisa diartikan kepadatan sampah mencapai 580 ribu keping dalam 1 kilometer persegi laut.
Dari situ, ilmuwan berani menyimpulkan pengelompokan plastik di laut sangat dipengaruhi zona konvergensi arus di permukaan laut dan arah angin bertiup. “Zona konvergensi ini membujur melintasi sebagian besar wilayah subtropis Atlantik Utara,” kata mereka dalam laporan yang terbit di jurnal Science, barubaru ini.
Satu hal yang membingungkan, dalam kajian tim terhadap data dua dekade lebih itu, rupanya skala sampah plastik di ‘garbage patch’ Samudra Atlantik tidak bertambah. Padahal, volume barang berbahan plastik yang diproduksi dunia sudah naik lima kali lipat selama kurun 1976 hingga 2008. Jika dikurangi upaya daur ulang pun, jumlah volume penggunaan plastik membengkak luar biasa.
Banyak kalangan masih meng anggap hal itu misterius. Sejak 1988 memang berlaku larangan bagi kapal-kapal soal pembuangan sampah plastik ke laut, tetapi tetap saja tidak masuk akal. Ke mana larinya
sampah plastik yang lain? Tim ini pun menawarkan sejumlah jawaban. Yang pertama terjadi selisih perhitungan atau kedua, kemungkinan plastik telah terurai menjadi remah-remah plastik berukuran sangat kecil sehingga tidak menyangkut dalam jaring mereka.
“Karena jaring kami hanya bisa mengambil kepingan yang ukurannya lebih besar dari sepertiga milimeter, mungkin yang lain lolos,” kata Kara Lavender Law, ilmuwan SEA yang memimpin tim ini.
Menurut mereka, bisa jadi juga sejumlah besar sampah lain sudah tenggelam ke dasar atau tertelan oleh hewan laut yang keliru menyangkanya plankton.
Law mengakui hasil riset timnya terdengar menggembirakan. Toh, ia sendiri termasuk yang sangsi. "Jujur saja, secara keseluruhan hasil riset ini menakutkan. Orang boleh bilang `Bagus, skala garbage patch Samudra Atlantik tidak naik!' Tapi saya sendiri yakin skalanya seharusnya naik," kata dia. (Reuters/NG/M-4/Clara Rondonuwu)
Post Date : 24 Agustus 2010
|