|
BANDUNG, (PR).- Minimnya ketersediaan air bersih pada musim kemarau menyebabkan menjamurnya penyakit diare. Anak kecil dengan daya tahan tubuh yang masih rendah biasanya menjadi korban penyakit tersebut. Demikian diungkapkan Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Bandung dr. Rita Verita Sri H.M. ketika ditemui di kantornya, Jln. Supratman, Jumat (25/7). "Serangan diare biasanya karena minimnya air bersih. Biasanya, kasus mulai meningkat pada musim kemarau, tapi sampai saat ini belum sampai terjadi kejadian luar biasa (KLB)," katanya. Sebanyak 90% gangguan pencernaan penyebab diare karena infeksi rotavirus, lainnya disebabkan infeksi bakteri, parasit, dan jamur. Sebagian kecil jadi penyebab keracunan maka-nan, alergi, dan faktor psikologis, yaitu stres. Dari data DKK Bandung, penderita diare sejak awal sampai pertengahan Juli 2008 mencapai 26.416 orang. Kasus bulan Juli sampai tanggal 23 mencapai 4.587 orang, meningkat dari Juni dengan jumlah penderita 4.203 orang. "Namun, untuk Kota Bandung, kasus diare cukup konstan terjadi sepanjang tahun," ujarnya. Dari jumlah total sepanjang tahun 2008, penderita diare usia bayi 1 tahun mencapai sekitar 5.000 orang. Anak-anak rentan terkena diare karena daya tahan tubuhnya masih rendah sehingga sangat mudah terinfeksi virus. Sementara itu, jumlah rumah tangga yang memiliki sumber air bersih sendiri mencapai 412.314 kepala keluarga (KK) atau (77,69%) dari 530.694 KK di Kota Bandung. Sebanyak 179.750 KK memiliki sumber air dari ledeng, 103.248 KK mempunyai sumur pompa tangan, serta 104.443 KK lainnya mengandalkan ketersediaan air bersih dari sumur gali. "Masyarakat lainnya yang tidak punya sumber air sendiri akan mencari cara untuk mendapatkannya. Caranya, membeli air sesuai kebutuhan sehari-hari," ucap Rita. Mengenai kasus diare yang masih terjadi meski air bersih didapat dengan membeli, Rita menyatakan, penggunaan air oleh masyarakat tidak terlalu efektif. "Karena penggunaan air terlalu irit, maka alat rumah tangga untuk keperluan memasak dan makan tidak dicuci dengan bersih sehingga kuman-kuman penyakit menempel dan ikut masuk ke mulut," ungkapnya. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih bijak dalam penggunaan air bersih. Pernafasan pun akan mengalami gangguan karena udara yang dihirup menjadi kotor dan berdebu sebagai dampak kekeringan akibat musim kemarau. Udara kotor juga akan menimbulkan iritasi mata dan telinga. (A-158) Post Date : 26 Juli 2008 |