|
KETERBATASAN suplai aliran air menggunakan pipa di Jakarta disebabkan minat pelanggan rendah dan suplai air baku terancam kurang. Berdasarkan penelitian perusahaan penyedia air minum, PT Palyja dan PT Aetra, kebutuhan air berlangganan sebagai kebutuhan terakhir setelah listrik dan bahan bakar. "Air PAM (perusahaan air minum) diposisikan sebagai alternatif kalau listrik padam. Untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat cenderung menggunakan air tanah karena lebih murah," ujar External Relation dan Communication Director PT Aetra, Rhamses Simanjuntak, kemarin. Besarnya masyarakat Jakarta menggantungkan diri pada air tanah membuat permukaan tanah terus menurun. Ketua Regional Program Air dan Sanitasi Bank Dunia Almud Weitz dan penelitian ITB menyiratkan pengeksploitasian air tanah secara tak terkendali menjadi ancaman serius. Sebagian besar wilayah pesisir Jakarta akan berada di bawah permukaan laut alias tenggelam pada 2025. Weitz mempertanyakan Jakarta kota berpenduduk terpadat di Asia, tetapi memiliki jaringan pipa air paling minim. PAM baru mampu memenuhi kebutuhan 724.441 dari sekitar 1,6 juta rumah tangga di DKI. Yang belum mendapatkan air bersih membuka sumur atau menyedot menggunakan mesin. Fakta di lapangan tidak sepenuhnya demikian. Dari 384.000 sambungan pipa yang disalurkan PT Aetra, jelas Rhamses, sebanyak 60 ribu pelanggan menunjukkan pemakaian nol per bulan. "Ini menunjukkan air PAM hanya untuk cadangan." Rhamses menegaskan pembangunan pipa untuk penyediaan air bersih di Jakarta dapat dimaksimalkan hingga 100%. Namun, investasi membangun pipa tidak sebanding dengan permintaan masyarakat yang cenderung kurang. "Buat apa kami membangun pipa, tapi enggak ada pelanggannya? Kan jadi sia-sia. Investasi jadi terbuang," cetusnya. Operator air lainnya, PT Palyja, menyebutkan bahan baku sebagai alasan. Menurut Komisaris PT Palyja, Bernard Lafrogne, Palyja dapat menyediakan sambungan pipa 100%. Namun, suplai air baku dari Waduk Jatiluhur tidak bertambah banyak. "Kalau kami membuat saluran pipa baru, tapi suplai airnya tidak bertambah, banyak pelanggan bakal tidak dapat air." Bernard menyebutkan permintaan pemasangan pipa semakin banyak. Hal itu ditunjukkan dengan peningkatan pelanggan PT Palyja. Pada 2007, jumlah sambungan PT Palyja 377.765, hingga Agustus 2008 telah mencapai 391.239 pelanggan. "Banyak pelanggan meminta sambungan pipa. Tapi kami keep dulu. Sambungan harus sesuai dengan rencana kami. Kami tidak mau kalau pelanggan nanti cuma dapat angin," ujarnya. (*/J-1) Post Date : 09 Oktober 2008 |