|
Jakarta, Kompas - Seperti diramalkan, Jakarta belakangan ini terus diguyur hujan, seperti terjadi pada Senin (26/1). Hujan mengguyur sejumlah daerah selama satu jam hingga lebih dari lima jam, meski ada pula daerah yang hanya dirundung mendung. Beberapa warga yang ditemui di daerah rawan banjir masih bersikap tenang jika "hanya" Jakarta yang hujan. "Kami sudah berpengalaman menghadapi banjir. Pokoknya, kalau Jakarta saja yang hujan, air sungai tidak meluap. Paling, air mengalir ke selokan," kata Tomeri, warga RW 2, Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jakarta Timur. Hal itu dibenarkan Lurah Kampung Melayu Lutfi Kamal. "Patokan saya Pintu Air Depok dan Manggarai. Senin ini muka air di Depok paling tinggi 120 cm. Di Manggarai 700 sentimeter. Asal bukan Bopunjur yang hujan, saya masih tenang," katanya. Lain halnya dengan Edi, warga Jalan Dewi Sartika, Jakarta. Ia mengeluhkan genangan air di jalan bisa mencapai 50 cm, terutama di jalan yang cekung. "Hujan sebentar, genangan di mana-mana. Apalagi kalau hujannya lama seperti hari ini. Kalau sudah gitu, gila, jalan macetnya bukan main," katanya. "Selama ini, pemerintah mengupayakan pengendalian banjir dengan Banjir Kanal Timur. Akan tetapi, bagaimana dong dengan genangan. Orang membangun gedung tinggi itu kan mengurangi daerah resapan," kata Ardani, warga Pondok Bambu. Berdasarkan pemantauan, genangan air terlihat merata di sejumlah titik. Ketika mulai hujan, beberapa warga tampak mengangkat sampah dari selokan, tetapi di beberapa lokasi sampah tetap menumpuk dalam got. Genangan air setinggi satu sampai sepuluh cm terjadi di beberapa tempat sepanjang Jalan Raya Ciledug, Kebayoran Lama, Rawa Belong, hingga Palmerah Barat. Genangan juga terjadi di Jalan Arteri Gelora, Kemandoran, dan Pos Pengumben. Lalu di Jalan DI Panjaitan, A Yani, Dewi Sartika, Jalan Raya Bogor, dan jalan lain di Jakarta Timur. Berdasarkan data di posko banjir Depkimpraswil, tinggi muka air di Pintu Air Cipinang Hulu memang relatif lebih tinggi daripada pintu air lainnya. Ketinggian muka air tertinggi mencapai 105 cm atau siaga tiga. Muka air dalam keadaan normal jika berada di bawah 80 cm. Pada siang dan sore hari air terlihat meninggi dan berwarna keruh di Kali Pesanggrahan, terutama yang di kawasan Cipulir hingga Kelapa Dua. Selain itu juga di Kali Arteri Gelora hingga Palmerah. Meski demikian, tinggi muka di Pintu Air Pesanggrahan masih dalam kondisi normal. Sampah memenuhi saluran air di sebagian tempat di Jalan Raya Ciledug, Kebayoran Lama, dan Palmerah Barat. Di tempat lain pada kawasan yang sama, justru warga membersihkan sampah yang menutupi selokan. Di Bekasi, hampir semua ruas jalan di Kota dan Kabupaten Bekasi tak luput dari genangan air yang tingginya bervariasi. Selain menimbulkan kemacetan karena arus kendaraan yang melintasi jalan yang tergenang air tersendat-sendat, banyak kendaraan bermotor mogok di tengah jalan karena mesin kendaraan terendam air. Sejumlah warga di Perumahan Tambun dan Cibitung, misalnya, mengeluhkan genangan air yang cukup tinggi, seperti di Jalan Diponegoro, terutama di depan PT Indomobil Suzuki Internasional Tambun, Jalan Hasanudin, mulai dari Pasar Tambun hingga Pasar Cibitung di Jalan Teuku Umar. Aliran air yang begitu deras membuat sejumlah pengendara sepeda motor dan mobil berusaha menghindar. Ada juga pengendara yang berjalan secara perlahan-lahan, menerobos air. Alhasil, kemacetan lalu lintas pun terjadi. Genangan air hujan itu kini bukan hanya terlihat di jalan-jalan yang rusak parah, yang ditandai dengan aspal mengelupas dan lubang seperti kubangan. Jalan-jalan yang masih bagus tak luput dari genangan air yang cukup tinggi dan luas akibat drainase yang buruk. Lubang pembuangan air yang terdapat di sisi-sisi trotoar jalan tidak mampu menampung air yang deras karena berukuran kecil atau tersumbat sampah. Buruknya drainase itu menyebabkan air tidak lancar mengalir ke daerah yang lebih rendah. Genangan air di depan PT Indomobil Suzuki Internasional sering dikeluhkan warga akibat air dari saluran pembuangan air yang berada di sekitar perusahaan itu meluap ke jalan setiap kali hujan. Namun, kondisi itu dibiarkan oleh pemerintah setempat. Alhasil, semakin deras hujan turun, genangan air kian tinggi. Akibatnya, sebuah mobil angkutan umum Koasi 34 jurusan Terminal Bekasi-Perumahan Bumi Sani (Tambun) terpaksa didorong beramai- ramai oleh warga sekitar karena mogok di tengah jalan. (IVV/PIN/ELN) Post Date : 27 Januari 2004 |