Mereka Kini Menikmati Air Bersih

Sumber:Kompas - 17 Mei 2010
Kategori:Air Minum

Setelah hampir tujuh bulan tidak mendapat air bersih dengan mudah dan murah sejak sebulan terakhir, 57 keluarga di RW 12 Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara, kembali menikmatinya.

Tandon air setinggi empat meter kini berdiri tegak lagi di depan kantor RW 12. Tandon itu menjadi meter induk bagi Jaka Tirta 012, yang membawahi 57 keluarga pelanggan.

Jadi, pihak operator air bersih, yakni PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja), hanya menyambungkan air bersih ke meter induk. Penyaluran air kepada pelanggan dikelola Jaka Tirta 012. Penyaluran air itu dihubungkan pipa yang instalasinya dibuat Mercy Corps Indonesia, organisasi kemanusiaan dunia bekerja sama dengan warga.

Warga Rawa Bebek ini sebenarnya pernah mendapatkan saluran air bersih sejak Februari 2009. Namun, pada September 2009, seluruh instalasi air bersih, dari tandon air hingga saluran pipa ke rumah pelanggan, habis terbakar saat kebakaran besar terjadi di sana.

Kini seluruh instalasi air pipa itu diperbaiki. Warga tak perlu lagi meminta air dari tetangga yang memiliki air atau membeli air dari pedagang keliling yang harganya tentu lebih mahal.

Keberadaan tandon air tentu sangat membantu warga, terutama warga yang kesulitan mendapatkan sambungan air bersih dari operator air perpipaan. Penyebabnya banyak, antara lain, warga tidak bisa menunjukkan bukti legal kepemilikan atas tanah atau rumah yang akan disambungkan pipa air bersih.

Proyek ini juga membantu operator air bersih mengurangi kebocoran yang masih di atas 40 persen dari total produksi air bersih. Selain itu, operator juga tak menyalahi peraturan yang ada, yakni hanya boleh menyalurkan air bersih kepada pelanggan yang bisa menunjukkan bukti kepemilikan tanah atau rumah. Salah satu penyebab kebocoran air bersih yang dialami operator air adalah pencurian air yang dilakukan warga.

Dari segi tarif, memang mendapat diskon dari Palyja, tetapi, secara umum tarifnya sama dengan tarif rumah tangga biasa, yakni Rp 3.500 per meter kubik. Warga sangat terbantu karena untuk instalasinya saja hanya dikenai biaya Rp 200.000. Padahal, menurut Vincent Poore, Urban Water and Sanitation Officer Mercy Corps Indonesia, biaya pembangunan sambungan pipa itu mencapai Rp 600.000.

Menunggak

Kini setelah akses mendapatkan air bersih terbuka, masih ada persoalan yang harus dihadapi Jaka Tirta 012, yakni ketertiban warga dalam membayar air yang dipakai. Pada periode sebelum kebakaran terjadi, banyak warga yang menunggak membayar karena tidak ada uang. Sebagian besar anggota Jaka Tirta 012 itu memang tidak punya uang lebih yang bisa disisihkan untuk membayar tagihan air pada akhir bulan.

Akibatnya, saat meter induk ini dibangun kembali setelah kebakaran, jumlah tunggakan Jaka Tirta 012 Rp 3,6 juta. Untuk itulah kini mekanisme penagihan diperbaiki. Ke depan, barang siapa belum membayar, namanya akan diumumkan di Jaka Tirta 012 sehingga penunggak mendapat sanksi sosial. Tunggakan yang ada diusahakan dibayar dengan cara dicicil.

”Kami masih terus belajar karena ini pilot project. Ada tiga yang kami lakukan, yakni dua di Jembatan Besi dan satu di Rawa Bebek ini,” kata Irma, perwakilan dari Palyja, saat proyek master meter itu dijalankan kembali, Senin lalu. (M Clara Wresti)



Post Date : 17 Mei 2010