Kita sedang menggali liang kubur di sungai Sebab kita lemparkan apa pun pada sungai kami Sampai mata sungai berkaca-kaca Jatuhlah air mata…
Penggalan puisi "Sungai Kami" karya Iman Soleh, seniman Poesat Keboedajaan Tjigondewah itu tampaknya tepat menggambarkan kondisi masyarakat Kota Bandung yang tinggal di sekitar bantaran Sungai Cikapundung hari ini. Betapa tidak, sungai sepanjang 15,5 kilometer yang melintasi Kota Bandung itu kini makin keruh dan tak jarang ada sampah yang mengambang.
"Pada tahun 1970-1980-an, Sungai Cikapundung masih bersih. Warga biasa berenang dan mandi di sungai itu. Namun sekarang, apakah masih ada yang mau berenang di sana?" tanya Wakil Wali Kota Bandung, Ayi Vivananda, dalam pembukaan Gerakan Cikapundung Bersih di Jln. Cikapundung, Sabtu (2/10) lalu. Menurut dia, permukiman warga dan bangunan industri yang semakin padat serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan Sungai Cikapundung kian tercemar.
Pemandangan ini di antaranya terlihat di RW 1, Kel. Cipaganti, Kec. Coblong. Padatnya permukiman warga di daerah ini hampir tidak menyisakan ruang untuk tempat pembuangan sampah (TPS). Jalan masuk menuju permukiman ini pun berupa gang sempit yang hanya dapat dilalui sepeda motor. Makin ke dalam makin mendekati sungai, makin tercium pula bau sampah yang menyengat.
Ketua RW 1 kelurahan itu, Adang Sulaeman, mengakui kesadaran warganya untuk tidak membuang sampah ke sungai masih kurang. Tidak adanya TPS dan septic tank komunal di sekitar permukiman itu membuat warga membuang sampah dan kotoran mereka ke sungai. "Kami sebetulnya sudah mengimbau agar mereka tidak membuang sampah ke sungai, tetapi keadaan memaksa mereka berbuat demikian," katanya.
Kondisi serupa juga terjadi di Kel. Babakan Siliwangi, Kec. Coblong. Permukiman di belakang Kebun Binatang Bandung ini juga terletak di pinggir Sungai Cikapundung. Daerah yang dihuni sekitar 1.000 kepala keluarga ini juga belum memiliki septic tank komunal. Sementara lokasi TPS yang terletak di Jln. Tamansari kurang efektif karena dekat dengan kawasan pendidikan dan industri.
"Sebenarnya ada petugas yang suka mengangkut sampah ke daerah ini, tetapi cuma seorang. Itu pun datangnya hanya tiga hari sekali," tutur Ketua RW 11 Kel. Babakan Siliwangi, Dede Rukim. Menurut dia, daripada sampah dibiarkan menumpuk, warga lebih memilih membuangnya ke sungai.
"Yang penting bagi mereka, sampah dapat disingkirkan hari itu juga," ujarnya. Dede menambahkan, untuk menumbuhkan kesadaran warga, pemerintah sejatinya turun langsung mengawasi perilaku masyarakat.
Gerakan Cikapundung Bersih yang dicanangkan Pemerintah Kota Bandung merupakan salah satu upaya mengajak masyarakat untuk kembali bersahabat dengan Sungai Cikapundung. Rencananya, revitalisasi sungai akan dilakukan antara Curug Dago-Kantor PLN DJBB sepanjang 8 kilometer selama dua tahun ke depan.
Berhasil atau tidaknya program itu bergantung pada semua warga Kota Bandung. (Cecep Wijaya Sari/"PR")
Post Date : 04 Oktober 2010
|