Merayakan Panen Raya Banjir

Sumber:Kompas - 28 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Januari dan Februari berarti puncak curah hujan. Ujung-ujungnya tak lain adalah banjir. Maka jadilah hari-hari ini dan ke depan panen raya banjir. Januari-Februari, sering kali hujan-banjir.

Pada Senin (26/1) malam, hujan lebat mengguyur Kabupaten Pasuruan sekitar tiga jam. Hal sama terjadi di daerah hulu enam sungai yang bermuara di kabupaten itu. Maka meluaplah sebagian sungai itu. Banjir pun melanda 14 desa di tiga kecamatan. Sedikitnya 3.720 keluarga memanen banjir saat rumah mereka terendam air setinggi 50 sentimeter (cm) hingga 100 cm.

Cahyo (42), karyawan Pabrik Gula Kedawung milik PT Perusahaan Nusantara XI di Desa Kedawungwetan, Kecamatan Grati, Selasa pagi, bersama anak dan istrinya bahu-membahu membersihkan lumpur yang memenuhi lantai dan dinding rumah saat banjir mulai surut.

Sembari menggendong anak terakhir yang berusia 2,5 bulan, istri Cahyo menyapu lumpur dari lantai rumah. Kedua anaknya mencuci pakaian. Cahyo sendiri membersihkan perabot yang belepotan lumpur. Dinding pagar rumah dinas Cahyo pun tak luput dari arus banjir. Akibatnya, robohlah pagar itu. "Ya begini setiap kali banjir surut. Bersih-bersih rumah dan memperbaiki perabot yang rusak," kata Cahyo.

Bakri (33), tukang kayu di depan Pasar Ngopak, terpaksa melupakan sesaat order dari empat pembeli. Padahal, hal itu berarti nihilnya pemasukan bagi ayah dua orang anak tersebut.

Pada Selasa siang itu, seperti korban banjir lainnya, ia tak kenal lelah membersihkan lumpur dari dalam rumah. Toh meski terus berjibaku bersama istri, lumpur seolah tak kunjung sirna.

Semua sibuk

Sementara itu, di jalanan desa yang masih terendam air setinggi lutut kaki dewasa, Taufik (14) bersama anak-anak lainnya bermain dalam genangan air yang warnanya coklat pekat. Mereka meliburkan diri karena sekolah mereka terendam.

Para pedagang di Pasar Ngopak dibuat sibuk oleh air yang menggenangi kios-kios mereka. Seorang pedagang tampak kewalahan karena setiap kali menciduk air keluar dari kios, tak lama kemudian gelombang air masuk kembali ke dalam kios menyusul truk dan kontainer yang melintas di depan pasar.

Para sopir truk dan kontainer pun tak ketinggalan terimbas banjir. Mereka terpaksa menikmati kebosanan dan keletihan dalam kemacetan yang memanjang 10 km selama lebih dari lima jam.

Namun, di sinilah anehnya. Cara para pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasuruan merespons. Banjir adalah hal biasa yang terjadi setiap tahun dan akan surut dalam tempo cepat. "Banjir itu sudah biasa. Tak lama lagi pasti surut," kata salah seorang pejabat Pemkab Pasuruan.

Tak bisa dimungkiri, pernyataan-pernyataan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa para pemangku kepentingan tersebut sudah immune atau mati rasa. Bagaimana mungkin bencana yang terjadi datang peta yang sama dan masa yang sama tak kunjung teratasi.

Jika sudah demikian, niscaya catatan lama itu akan terus berulang. Dan akhir Januari dan Februari ini, kita semua masih akan memanen hal yang sama. Hujan dan banjir. Laksana A Saputra



Post Date : 28 Januari 2009