Menyulap Gunung Sampah Menjadi Rupiah

Sumber:Media Indonesia - 12 Agustus 2011
Kategori:Sampah Jakarta

BERKUBANG dengan sampah kini dilakoni Sarmili, Ketua RW 08 Lenteng Agung, Jakarta selatan. Pria berusia 55 tahun ini merupakan penggerak dan pelaku program kebersihan dan penghijauan di kampungnya.

Sarmili bukanlah sarjana ataupun pengamat lingkungan hidup. Pensiunan perusahaan penerbitan terkenal di Ibu Kota ini menjadi motor kegiatan kebersihan sampah Kali Ciliwung yang melintas kawasan Lenteng Agung. Kepedulian Sarmili pada kebersihan dan penghijauan di lingkungannya bermula dari sebuah Àlm. “Sekitar 2008 saya melihat Àlm Surat dari 2012. Film itu menceritakan generasi kita kerdil, susah mendapatkan air minum, untuk mandi, dan lain-lain karena lingkungan yang rusak,“ kenangnya.

Dari Àlm terebut Sarmili paham kerusakan lingkungan tersebut akibat ulah dirinya dan manusia generasi sekarang yang tidak pernah peduli dengan kebersihan lingkungan.

Karena itulah, sejak mengajukan pensiun dini dari tempatnya bekerja, Sarmili menggerakkan warganya untuk tidak membuang sampah di sungai, serta mengajak mengolah sampah rumah tangga. Pasalnya di wilayahnya, terdapat tiga titik gunung sampah di pinggir kali. “Memang tidak mudah menyadarkan mereka. Akan tetapi, saya berprinsip pegang dulu `orang penting'-nya. Nanti mereka akan membantu kita mengampanyekan tujuan kegiatan tersebut,“ tuturnya.

Sarmili pun menggandeng `pentolan' pemuda kampung, dan tokoh masyarakat setempat untuk bersamasama menggerakkan warga tidak lagi membuang sampah di kali.

“Kami tampung sampah warga, dan kami pilah di pemilahan sampah Usaha Mandiri GIBASS. Setelah itu, perlahan warga kami ajarkan memilah sampah rumah tangganya,“ jelasnya.

Memang pada awalnya banyak kendala yang dihadapi. Warga tak mau direpotkan dengan memilah sampah. Namun, perlahan setelah diberi pengertian mereka paham. Setiap harinya sekitar 3,5 ton sampah rumah tangga dari RW 08 diambil Adi, ketua pemuda setempat, menggunakan gerobak motor bantuan dari dinas pekerjaan umum. Sampah tersebut dipilah bersama tiga warga lainnya.

Sampah organik langsung dicacah, untuk didiamkan selama empat hari hingga nanti menjadi kompos.“Awalnya kami hanya memiliki mesin pencacah, jadi kompos yang dihasilkan masih kasar. Tetapi setelah mendapat bantuan mesin penyaring dari Pertamina, kompos yang dihasilkan lembut dan siap pakai,“ ungkap Sarmili.

Kiprah warga RW 08 Lenteng Agung dalam memilah sampah sedikit demi sedikit mendapatkan hasil. Kompos bisa dijual ke warga sendiri, atau saat pameran. Bahkan warga pun mulai membudidayakan tanaman sayuran dan tanaman hias dalam pot. “Bukan soal uangnya dapat berapa, melainkan kelak pengolahan sampah bisa menjadi rupiah yang besar,“ kata Sarmili optimistis.

Kini selain dikumpulkan di penampungan, sampah bisa diolah warga sendiri untuk dijadikan kompos. Karena Pertamina juga memberikan alat bantu komposter rumah tangga. Agar usahanya tidak mandek, Sarmili telah mengader warganya untuk meneruskan program positif ini. “Jangan sampai ketika saya tidak menjabat RW lagi, kegiatan ini mandek begitu saja. Saya percaya ke depannya masyarakat yang akan merasakan manfaatnya,“ jelas Ketua RW yang telah menjabat selama dua periode ini. (Sus/S-25)



Post Date : 12 Agustus 2011