|
Pontianak,- Kualitas air sungai di Pontianak semakin merosot. Akibatnya, kualitas air baku PDAM juga menurun sehingga biaya untuk pengolahannya menjadi lebih tinggi. Demikian dikatakan Wali Kota Pontianak, Buchary A Rahman ketika menerima kunjungan Mahasiswa Universitas Diponegoro di Aula Wali Kota belum lama ini. Menurutnya, ini adalah dampak dari posisi kota ini yang berada di muara. "Pontianak menjadi tempat sampah. Semua yang dibuang dari hulu akan mengalir sampai kesini," katanya. Dia juga menyebutkan, kini biaya operasional untuk pengolahan satu kubik air baku PDAM mencapai Rp2.750. Padahal, sebelumnya, biaya untuk itu hanya Rp2.250. Selisih harga sebesar Rp500 tersebut dinilai cukup signifikan dan memberatkan. Apalagi, harga rata-rata air bersih yang dijual ke masyarakat hanya Rp1900 perkubik. Karena itu, untuk menanggulanginya, pemkot menerapkan beberapa kategori harga. Ada tarif khusus yang dikenakan kepada konsumen rumah mewah. "Jadi, ada subsidi silang. Kalau tidak begitu, sampai kiamat pun tak bisa untung," ujarnya. Kondisi PDAM Pontianak menurutnya bertolak belakang dengan kondisi PDAM di Magelang. "Di sana, air bakunya sudah jernih sehingga tidak perlu banyak intervensi atau perlakuan-perlakuan sehingga biaya operasionalnya kecil," katanya. Mengingat hal di atas, Buchary mengimbau kepada warga agar dapat mengerti kesulitan PDAM. "PDAM sudah menjual air dengan harga sangat murah tetapi orang masih merasa mahal. Padahal, waktu membeli aqua atau membeli rokok mereka tidak merasa mahal," ujarnya. (rnl) Post Date : 30 Agustus 2005 |