Sisa-sisa sayur dan buah yang menumpuk di dapur atau daun-daun kering di halaman rumah sepertinya bukan sampah di mata Siti Djuhariah
Akmaluddin (64). Ibu yang tergabung dalam kelompok pengolah sampah di RT 1 RW 1, Kecamatan Kebon Baru, Kota Cirebon, itu mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos.
"Selain untuk tanaman di pot, mol ini juga bisa dipakai untuk padi," ujar Siti sambil menuangkan mikroorganisme lokal (mol) jeruk dalam ember sebelum disiramkan pada tanaman di halaman rumahnya, Rabu (17/6).
Wangi mol yang dituangkan Siti beraroma jeruk, sekilas mengundang selera orang untuk meminumnya. Aroma itu muncul karena bahan dasar mol adalah kulit dan ampas jeruk serta jeruk busuk yang tak bisa lagi dikonsumsi. Sebenarnya bukan hanya jeruk yang dapat dibuat menjadi mol. Hampir semua sayuran dan buah-buahan yang biasa kita makan bisa digunakan, seperti apel, mengkudu, tomat, dan mangga yang banyak ditanam di Cirebon.
Cara membuatnya pun mudah dan tak perlu modal besar. Ampas dan buah busuk dihaluskan dengan ditumbuk atau diblender menggunakan air cucian beras. Setelah hancur dan lembut, tambahkan air kelapa, lalu aduk sampai tercampur. Air kelapa berfungsi sebagai media fermentasi.
Solusi sederhana untuk sampah organik dari rumah tangga adalah membuatnya menjadi kompos dan mol. Adapun sampah anorganik, seperti plastik pembungkus makanan dan detergen, bisa diolah menjadi produk kerajinan tangan. Semua sampah yang didaur ulang tersebut punya nilai jual. Produk kompos dan mol dijual seharga Rp 5.000 per plastik dan per botol. Padahal, modalnya hampir tidak ada, hanya sampah dan barang sisa. Beban TPA
Sayang, tak semua orang mempunyai hasrat dan pemikiran seperti Siti dan teman-temannya. Awalnya, niat Siti hanya ingin mengurangi volume sampah yang makin lama makin menumpuk di Kota Cirebon. Tak bisa dibayangkan, seberapa tinggi gunung sampah di tempat pembuangan akhir jika sampah itu tidak diolah dan didaur ulang.
"Saya tidak ingin ikut menambah volume sampah. Biar sekecil apa pun, kalau bisa sampah itu kami manfaatkan. Soalnya, sampah itu bukan musuh, kok," ujar Siti.
Menurut Ketua Yayasan Buruh dan Lingkungan Hidup Yoyon Suharyono, sampah merupakan masalah serius yang masih dipandang sebelah mata. Padahal, diperkirakan produksi sampah per orang per hari di Kota Cirebon mencapai 0,5 kilogram.
Jika setahun saja dibiarkan menumpuk, dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 jiwa, pada siang hari beratnya mencapai 90 juta kilogram. "Seharusnya sampah itu diolah, bukan dibuang. Jika dibuang, pasti akan menggunung di TPA (tempat pembuangan akhir)," ujar Yoyon. (Timbuktu Harthana)
Post Date : 19 Juni 2009
|