|
Warga Kelurahan Jambangan, Surabaya, berhasil meningkatkan ekonomi mereka dengan mendaur ulang sampah plastik. Membuat kerajinan dari sampah, mereka memperoleh keuntungan bersih antara Rp 1 juta sampai Rp 3 juta per bulan. Hasil kerajinan itu juga telah merambah pasar di luar negeri. Bermula dari kepedulian lingkungan, Risnani Pudji Rahayu (40) merintis usaha kecil dan menengah ini sejak tahun 2006 setelah memperoleh pelatihan sebagai kader lingkungan. Semula warga Kelurahan Jambangan hanya bermaksud menjaga kebersihan dengan mengumpulkan dan menjual sampah plastik. Tanpa proses daur ulang, harga 240 gelas air mineral hanya Rp 5.000. Risnani mencari akal untuk meningkatkan harga jualnya dengan membuat tudung saji. "Setelah menjadi tudung saji, harganya melambung hampir lima kali lipat," kata perempuan itu ketika memberi pelatihan kepada warga Kelurahan Siwalankerto dalam acara Peduli Siwalankerto, yang diselenggarakan Universitas Kristen (UK) Petra, Surabaya, dalam rangka Hari Lingkungan Hidup, Kamis (5/6). Tudung saji berukuran kecil yang terbuat dari delapan gelas air mineral itu laku dengan harga Rp 7.500, sedangkan tudung saji berukuran besar yang membutuhkan 10 gelas air mineral terjual dengan harga Rp 10.000. Seiring dengan berkembangnya keterampilan mereka, kerajinan yang mereka buat pun semakin beragam, mulai tas dari kemasan pengharum pakaian, payung dari kemasan sabun cair, taplak dari sedotan, sampai aksesori seperti bros dari tas plastik dan anting-anting dari botol air mineral. Nilai tambah Dengan kerja keras dan ketekunan, para ibu rumah tangga itu berhasil menambah nilai sampah plastik. Payung yang berharga Rp 150.000, misalnya, terbuat dari 1 kilogram kemasan sabun cair yang berharga Rp 12.500. Adapun tas berharga Rp 25.000 sampai Rp 100.000 terbuat dari 2 ons kemasan plastik berharga Rp 3.500. Para ibu rumah tangga di Kelurahan Jambangan ini pun tidak kesulitan memasarkan produk mereka. Mereka telah memiliki penyalur tetap di Jakarta, yang menyalurkan produk mereka ke luar negeri, di antaranya Australia, Amerika Serikat, dan Inggris. "Sayang, kami belum bisa membuat sendiri jaringan di luar negeri. Kalau bisa, keuntungan kami pasti meningkat," kata Risnani. Namun, sistem pemasaran tidak langsung ini sudah cukup memuaskan mereka. Kini sekitar 100 ibu rumah tangga di Kelurahan Jambangan yang terlibat secara aktif memperoleh keuntungan bersih antara Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per bulan. Mereka terbagi atas tiga kelompok, yaitu pencuci, pembuat panel, dan penjahit. "Dahulu saat berkumpul hanya bergosip, tetapi sekarang topiknya adalah bagaimana membuat barang baru," kata Risnani. Selain meningkatkan ekonomi keluarga, usaha daur ulang sampah ini juga mengurangi polusi sampah plastik yang tidak bisa terurai. Dalam sebulan, usaha ini mampu menyulap sebanyak 100 kilogram (kg) kemasan plastik, 3.000 botol air mineral, dan 10 kg sedotan plastik. Bekerja sama dengan UK Petra, sejumlah warga Kelurahan Siwalankerto juga mulai merintis usaha daur ulang sampah ini. Melalui sejumlah pelatihan, warga Siwalankerto mulai membuat anting-anting dari botol air mineral, tikar dari kemasan mi instan, dan pigura dari kemasan kopi. Namun, warga Siwalankerto belum memasarkan hasil kerajinannya. "Kami masih dalam taraf belajar. Sementara ini hal yang penting adalah menjaga kebersihan lingkungan," kata Suharti Sarwo (50), penggerak daur ulang sampah Kelurahan Siwalankerto. (A10) Post Date : 06 Juni 2008 |