Mengurai Sampah Raih Penghargaan Global

Sumber:Media Indonesia - 30 Desember 2009
Kategori:Sampah Jakarta

BUKAN rahasia lagi, pasar tradisional di Indonesia masih identik dengan suasana kotor, becek, dan bau sam pah. Dengan adagium pasar tradisional adalah pasar basah, seolah ada pembiaran atas kondisi pasar tradisional yang padat sampah, dan penuh lalat.

Stereotip kotor, bau, dan becek pun menjadi atribut resmi pasar tradisional. Padahal, kalau mau berpikir lebih serius, pasar tradisional masih menjadi andalan untuk memasok kebutuhan dapur kebanyakan keluarga di Indonesia.

Pasalnya, kondisi kotor, pastinya membahayakan kesehatan masyarakat yang menjadi konsumen pasar. Tapi, mengurai persoalan sampah, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jangankan di pasar, persoalan sampah di tempat pembuangan akhir juga sampai kini belum terselesaikan.

Berangkat dari pemikiran itulah, Yayasan Danamon Peduli mencoba masuk dan memperbaiki kualitas pasar. "Kami membidik sampah organik yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, agar bisa memberikan nilai tambah, sekaligus menyelesaikan persoalan sampah di pasar," kata Risa Bhinekawati yang saat itu menjabat Executive Director Yayasan Danamon Peduli.

Dia mengatakan, pasar tradisional dipilih sebagai target kegiatan yayasannya, karena pasar tersebut kini menjadi tulang punggung kehidupan 12 juta usaha kecil di Indonesia.

Ia menilai selama ini, fasilitas yang sangat penting bagi ekonomi masyarakat tersebut, bagai kehilangan sentuhan. Karena itu, Yayasan Danamon Peduli memilih kegiatan memperbaiki kualitas pasar sebagai sasaran yang dibidik.

Dalam dua tahun terakhir, mereka berhasil mengelola lebih dari 4.075 ton sampah di 31 kabupaten kota di Indonesia.

Penghargaan BBC Adapun melalui kegiatan pengelolaan sampah yang dibarengi perbaikan infrastruktur pasar tersebut, kegiatan yayasan diharapkan bisa mendongkrak roda ekonomi di pasar tradisional.

Sebab bukan tidak mungkin, dengan lingkungan bersih dan teratur, pasar tradisional bisa merevitalisasi diri, dan kembali tumbuh positif di sela persaingannya dengan pasar modern.

Melalui pengelolaan 400 ton sampah per hari dan mengonversinya menjadi pupuk, yayasan juga berharap bisa memberi nilai tambah bagi pengelola sampah. Di samping, tentunya, bisa membantu sektor pertanian dengan hadirnya pupuk organik yang terjangkau harganya.

Sebuah inovasi sederhana untuk kegiatan corporate social responsibility (CSR), tetapi memberi efek berantai yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, apa yang dilakukan PT Bank Danamon Indonesia pun mendapat pengakuan dari salah satu jaringan media global dalam perhargaan BBC World Challenge 2009.

Dalam pengumumannya, BBC menunjuk program Nothing Wasted Danamon Go Green menjadi juara dua penghargaan program inovatif dalam memecahkan masalah sosial.

Dengan pengakuan ini, Risa menegaskan yayasannya akan tetap fokus pada persoalan sampah dan pasar tradisional. Pasalnya, selama ini, dua persoalan tersebut bagai terlupa.

Dia juga berharap, program ini bisa direplikasi oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan fungsi dan peran pasar tradisional sebagai sarana ekonomi masyarakat. Di samping itu, dapat menanggulangi persoalan sampah yang menjadi masalah di perkotaan. Asep Toha



Post Date : 30 Desember 2009