Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi Sejak 1980, semuanya bercampur di situ
Sampah organik dan anorganik seperti hasil buangan dari industri, rumah tangga, rumah sakit, dan pasar di Provinsi DKI Jakarta dikirim ke TPST tersebut. Sementara itu, sampah Kota Bekasi dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu
Bantar Gebang, dengan luas 108 hektare, semakin lama se makin menyempit karena tumpukan sampah. Bahkan ‘kiriman’ harian penduduk Ibu Kota nyaris tidak tertampung lagi
Sekitar 15 ribu warga Kota Bekasi, khususnya yang bermukim di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, sudah resah dengan aroma busuk tumpukan sampah. Belum lagi udara dan air tanah yang ikut tercemar
Warga yang tinggal di sepan- jang Jalan Siliwangi hingga Narogong, yaitu rute harian yang dilewati truk sampah, juga mengeluhkan hal serupa
Dari sisi truk, tidak sedikit truk pengangkut yang tergo- ETIAP harinya, sekitar 12 juta penduduk Ibu Kota mengirim 6.000 ton sampah ke Tempat Tong usang tetap dioperasikan
Banyak sampah berceceran di jalan. Tetesan air kotor dari da sar truk juga menambah per soalan. Jalan rusak lantaran kelebihan beban angkut serta timbul kemacetan lalu lintas
“Buang sampah seharusnya diangkut menggunakan truk tertutup agar sampah tidak be terbangan di jalan,” kata seorang warga, Jefriansyah, 23
Keluhannya bukan tidak di tanggapi. Wali Kota Bekasi Moch tar Mohammad, per tengah an tahun lalu, menyatakan, “Kami beberapa kali me - minta pemerintah Jakarta meng atur jam keberangkatan truk menuju tempat pembuangan sampah serta memilah truk yang laik jalan.” Pemkot Bekasi dan Pemprov DKI Jakarta pun bekerja sa ma dan memilih PT Godang Tua Jaya serta PT Navigat Organic Energi Indonesia sebagai kon traktor utama penataan Ban tar Gebang. Sampah yang se belumnya hanya ditumpuk dengan tanah (sanitary landfill) kini diproses menjadi energi Sampah bukan hanya diolah menjadi energi gas dan listrik, tapi juga menjadi pupuk kompos dan bijih plastik
Dalam perjanjian itu, Pemprov DKI juga berkewajiban memberi tipping fee ke Pemkot Bekasi. Besarannya 20% dari setiap ton sampah
Dana yang didapat digunakan untuk memperbaiki jalan, lingkungan, dan fasilitas umum di sekitar TPST. Ribuan kepala keluarga yang bermukim dekat lokasi pembuangan sampah men dapat jatah kompensasi bau Rp100 ribu/bulan
Pemanfaatan sampah untuk energi juga terlihat di area TPA Sumur Batu. Sampah dengan beban sekitar 150 ton/hari oleh pengelola PT Gikoko Kogyo Indonesia (GKI) jadi penghasil energi listrik sebesar 1 megawatt per hari sejak 2008. “Listrik yang dihasilkan sementara waktu dikonsumsi pihak TPA Sumur Batu saja,” ujar konsultan PT GKI Neville Jolly
Direktur Utama PT Godang Tua Jaya Rekson Sitorus merasa pengolahan sampah di Bantar Gebang masih jauh dari harapan “Saat ini hanya kompos yang bisa dihasilkan, sedangkan energi listrik dalam tahap pembuatan pabriknya,” tuturnya
Hasil pantauan Media Indonesia, gunungan sampah di Bantar Gebang mulai tertata rapi sesuai dengan aturan pengelolaan Tumpukan sampah dilapisi tanah agar tidak longsor Namun, kondisi lingkungan warga di sekitarnya masih tetap memprihatinkan
Pemandangan tumpukan sampah itu berbeda saat dikelola PT Patriot Bangkit Bekasi dan Dinas Kebersihan DKI Pada masa itu sampah terlihat menumpuk, bahkan banyak yang tercecer hingga ke jalan Akibatnya aroma tidak sedap serta genangan air dari sampah menggenang
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Baruna mengatakan selama kurang lebih enam bulan Bantar Gebang dikelola dengan sistem yang berubah oleh PT GTJ dan PT NOEI, pe ngolahan sampah berangsur membaik. Bahkan sampah or ganik berhasil diolah menjadi pupuk kompos
“Tidak hanya itu sejumlah pohon terlihat menghias area persampahan,” kata dia Sebuah langkah kecil menuju penyelesaian masalah sampah Ibu Kota. (Golda Eksa)
Post Date : 12 Juni 2009
|