|
SEJAK terjadi longsor di TPA Leuwigajah dan terbatasnya kapasitas TPA Jelekong, sirkulasi pembuangan sampah di Kota Bandung dan sekitarnya macet. Akibatnya, dalam beberapa hari belakangan ini, sampah menggunung di mana-mana dan menyebarkan bau tak sedap. Gunungan sampah tidak hanya terkonsentrasi di pasar-pasar. Tapi sudah menyebar hingga ke pemukiman penduduk. Seperti yang terjadi di RW 03 Kel. Merdeka Kec. Sumur Bandung, gunungan sampah bisa menjadi pemicu perselisihan antar warga. Seperti dikatakan Ketua RW 03, Kasiman B.K., saat berbicara di "Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga" di Mesjid Jihadul Akbar RW 03 Kel. Merdeka, Minggu (20/3). "Akibat tidak terangkutnya sampah, saya jadi sasaran warga." Nasib Kasiman bukan tidak mungkin menimpa pengurus RW atau RT daerah pemukiman lainnya, karena persoalan sampah di Kota Bandung saat ini memang sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Jadi apa yang bisa kita lakukan dengan sampah-sampah ini? ** PENGOLAHAN sampah ternyata bisa dilakukan sendiri tanpa harus menunggu langkah dari pemerintah daerah. Seperti dikatakan para aktivis Forum Bandung Segar pada "Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga" di Masjid Jihadul Akbar itu. Pengelolaan sampah secara mandiri bukan saja membuat lingkungan menjadi bersih, tapi juga bisa menghasilkan rupiah. Salah seorang fasilitator dalam pelatihan itu, Apippudin mengatakan, daerah pemukiman Banjarsari di DKI Jakarta bisa dijadikan contoh dalam pengelolaan sampah yang mandiri. Menurutnya, dulu daerah Banjarsari merupakan daerah kumuh, tapi sekarang berhasil mengubah citranya menjadi daerah yang bersih, hijau dan sebagai penghasil pupuk kompos. "Pengelolaan sampah di Banjarsari sudah sangat baik. Di daerah itu sudah ada koperasi yang menampung hasil produksi pupuk kompos dari warganya, sehingga bisa menambah penghasilan warga setempat. Saya yakin kita pun bisa melakukan hal seperti itu, asalkan ada niat yang kuat untuk berbuat," ujar Apip. Metode pokok dalam mengelola sampah rumah tangga, jelas Apip, pada intinya ada tiga hal yakni, reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycling (daur ulang). Reduce berarti mengurangi timbulnya sampah rumah tangga. Reuse yakni memanfaatkan barang-barang yang masih layak pakai, dan recycling adalah memproses bahan terbuang menjadi bahan baru yang bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi. ** MENGOLAH sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos sebenarnya cukup sederhana. Apip memberi contoh, bahan yang digunakan cukup dari sampah organik dan peralatan yang digunakan adalah peralatan rumah tangga seperti ember. Untuk membuat kompos skala rumah tangga, setiap orang atau setiap keluarga cukup menyediakan sebuah wadah (bisa ember bekas atau tong cat bekas). Simpan tanah secukupnya di dasar ember, lalu masukan sampah dari jenis daun atau sayuran mentah, tutup lagi dengan lapisan pasir atau tanah, masukan sampah sisa roti atau kue, lapisi lagi dengan tanah, masukan kotoran burung atau ayam, lapisi lagi dengan tanah, masukan sisa makanan mudah busuk seperti nasi dan sayuran dan lapisi kembali dengan tanah. Setelah disimpan selama dua minggu, pupuk kompos rumah tangga ini siap dipanen. Pupuk ini bisa digunakan untuk pot bunga atau tumbuhan di pekarangan. Pembuatan pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan skala yang lebih luas, misalnya untuk tingkat RW. Tapi tentu saja wadah yang diperlukan harus lebih besar dan membutuhkan lahan khusus. Wadahnya harus berupa bak di dalam tanah dan harus ditembok atau dibeton. Jika tidak ditembok, dikhawatirkan air yang keluar dari sampah (air lindi) bisa menyerap ke dalam tanah dan mencemari air resapan. Langkah pembuatannya tetap sama dengan pembuatan skala rumah tangga. Jika pengelolaan sampah seperti ini mulai berjalan dan produksi kompos bisa melebihi kebutuhan warga, Apip menyarankan agar warga membentuk koperasi untuk membeli pupuk kompos yang dihasilkan warga. Untuk permodalan, berbagai lembaga dari tingkat lokal dan internasional siap untuk membantu. Menurut Apip, Bank Dunia bahkan bersedia untuk selalu membeli pupuk-pupuk organik yang dihasilkan oleh warga. Sebuah ide telah dilontarkan, tinggal kita yang harus mengambil langkah. Jadi, mulailah memilah sampah, siapkan ember dan buatlah pupuk kompos.(Zaky/"PR")*** Post Date : 21 Maret 2005 |