Mengikuti Aktivitas Pengangkut Sampah ke TPA

Sumber:Jawa Pos - 10 Maret 2009
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Dua tahun terakhir Kabupaten Bangkalan sukses mendapatkan anugerah Adipura untuk bidang kebersihan. Hingga kini kota ini juga terus berjuang memberikan perhatian pada kebersihan. Bagaimana peran dan kehidupan pengangkut sampah?

Pagi itu cuaca sangat cerah. Awan putih tampak hanya sedikit di atas. Di belakang kompleks Pasar KLD, koran ini melihat seorang petugas sedang sibuk dengan beberapa kait dalam truk pengangkut sampah. "Saya bertugas membuang sampah ini ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Socah. Kalau memang mas mau ikut silakan saja naik," ujar sang petugas dengan ramah sembari membukakan pintu truk sampahnya. Tanpa pikir panjang koran ini turut dalam truk sampah tersebut.

Di perjalanan, pria yang biasa dipanggil Usi ini menjelaskan statusnya sebagai pegawai kantor pengelolaan pasar. Namun, dia diamanahi tugas untuk mengangkut sampah menuju TPA yang ada di Desa Buluh, Socah. "Ya tugasnya sama dengan petugas kebersihan. Tapi kita dapat tugas di wilayah pasar di Bangkalan saja," aku Usi.

Jarak sekitar 5 kilometer ke arah selatan pusat kota ditempuh Usi sambil banyak bercerita suka dukanya. Baginya membantu menjaga kebersihan adalah tugas yang mulia. Apalagi dalam Islam ada anjuran yang mengharuskan manusia menjaga kebersihan di lingkungannya. "Kebersihan kan sebagian dari Iman. Jadi saya senang walaupun bekerja sebagai pengangkut sampah," tuturnya sambil memegang setir.

Usi mengaku biasa bekerja sendiri. Selain sudah berbagi tugas dengan rekan - rekannya, Usi mengaku kemajuan teknologi telah membantu meringankan tugasnya. Sebab sebelumnya, memang membutuhkan tenaga manusia untuk menurunkan sampah dari truk tersebut. "Sekarang kan tinggal pencet tombol, sampah sudah dapat dibuang pada tempatnya. Jadi tidak terlalu repot," ungkapnya.

Tak terasa truk sudah tiba di jalan desa Buluh. Di sana sudah terpampang tulisan lokasi TPA yang masih berjarak 900 meter lagi. Di sisa perjalanan itu ternyata tak semulus jalan sebelumnya. Jalan kampung itu hanya bisa dilewati satu truk. Sehingga ketika ada sebuah sepeda motor yang berpapasan, truk sampah harus mencari lahan untuk menghindar.

Selain sempit kondisi jalan sepanjang 900 meter itu tanpa aspal, berlubang dan digenangi air. "Kita sudah biasa kok Mas. Mungkin karena sering dilewati truk pengangkut sampah, jalannya makin hancur kayak gini," sergahnya.

Sulit dipercaya ada bangunan di tengah tegalan yang sepi, jauh dari jangkauan penduduk. Tampaknya Pemkab Bangkalan benar - benar menyiapkan sebuah areal khusus untuk mengatasi persoalan sampah kota.

Di sana terlihat beberap alat berat yang siap meratakan sampah yang dikirim dari Bangkalan. Beberapa infrastruktur lainnya juga terlihat megah ada di sana. Bahkan, sebuah gedung baru berdiri di sana yang di dalamnya terdapat alat untuk mengolah sampah. "Informasinya itu memang alat baru. Belum dipakai, tapi katanya manfaatnya luar biasa," ujar Usi.

Koran ini juga sempat turun ke lokasi jurang pembuangan sampah yang cukup dalam. Ternyata Usi punya trik jitu untuk menghindari bau busuk sampah yang menyengat. Dia menghisap sebatang rokok, sembari dengan santainya membuang sampah di antara gunung - gunung sampah yang ada di sana. AHMAD MUSTAIN SALEH, Bangkalan  (nra)



Post Date : 10 Maret 2009