Menggumuli Sampah di Hari yang Suci

Sumber:Suara Pembaruan - 09 November 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
MATAHARI masih bersembunyi di peraduannya. Belasan toko dan lapak para pedagang kaki lima (PKL) di sekitar Pasar Depok Baru masih kosong melompong.

Seruas Jl Nusantara, Depok, tampak lengang. Di salah satu sudut jalan itu, seorang lelaki renta terlihat sedang menggumuli sampah.

Dengan tekun, dia mengumpulkan sampah-sampah itu. Kemudian, sampah itu dijadikan satu tumpukan.

Suara azan subuh seperti membangunkan orang-orang yang terlelap di pinggir jalan dan mengajak segera bersembahyang. Parman (60), bukan nama sebenarnya, membasuh peluh di wajahnya dengan handuk kecil yang warnanya sudah kusam.

Sebuah sapu lidi disandarkannya di pagar masjid di sekitar situ. "Kita berbincang di teras masjid itu," katanya sambil menunjuk Masjid Al-Muhajirin, kepada Pembaruan, Minggu (6/11).

Dia mengatakan, pekerjaannya sebagai tukang sapu honorer di Dinas Kebersihan Depok merupakan tugas mulia. "Saya bertugas menyapu jalan ini dengan penuh syukur. Yang penting jalan ini bersih," katanya.

Mata Parman membelalak ke jalan raya di hadapannya. Rupanya, dia kesal karena ada penumpang angkot yang membuang botol minuman kaleng sembarangan.

"Saya sudah membersihkan jalan itu sejak sebelum subuh, tapi ada saja yang sembarangan buang sampah. Tapi, tidak apa-apa. Nanti, saya pungut dan saya kumpulkan lagi," ucapnya.

Ketika disinggung, mengapa masih bekerja padahal hari raya Lebaran, Parman tertunduk. Dia mengatakan, memang pada hari yang fitri itu seharusnya dirinya berkumpul bersama keluarga di rumah.

"Saya tidak keberatan menyapu jalan ini karena pekerjaan saya memang menyapu jalan meski Lebaran. Saya ikhlas kok. Yang penting, jalan ini bersih. Itu saja. Kalau berkumpul saat Lebaran memang membuat saya sedih. Namun, keluarga tahu kalau saya tidak ke mana-mana, hanya di jalan ini saja," kata Parman, yang tidak sempat shalat Ied lantaran harus tetap menyapu jalan.

Hal senada dikatakan Dewi (25). Meski Lebaran, dia tetap menyapu jalan. "Enggak apa-apa, Mas. Yang penting masyarakat kan senang, kalau jalan ini bersih," kata dia.

Berkumpul bersama keluarga di rumah saat Lebaran sepertinya terabaikan. "Hari Lebaran, saya sudah cium kaki Emak ama Babe sekalian minta maaf. Trus, saya izin untuk nyapu sebentar," katanya, ketika ditemui di Jl Arif Rahman Hakim, Depok.

Siaga

Sebanyak 253 petugas kebersihan disiagakan Dinas Kebersihan Kota Depok selama Lebaran. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi menumpuknya sampah di kota itu.

Dua tahun lalu, Pemkot Depok pernah kerepotan mengatasi masalah sampah yang menumpuk di mana-mana pada hari raya. Petugas yang membersihkan tidak sebanding dengan jumlah sampah yang menumpuk karena mereka libur hari raya.

Akibatnya, masyarakat menjadi resah dan mengeluh lantaran banyaknya tumpukan sampah tersebut. Sampah-sampah yang menumpuk itu bisa sampai lebih dari tiga hari baru diangkut.

Wali kota waktu itu sempat berang dengan banyaknya tumpukan sampah di sejumlah ruas jalan protokol di Kota Depok.

Jadi, berdasarkan pengalaman itu, Dinas Kebersihan Kota Depok saat ini telah menyiagakan sekitar 253 petugas kebersihan yang bekerja selama 24 jam.

Hal itu merupakan pelayanan kepada masyarakat untuk siaga dalam masalah penanganan sampah pada waktu hari raya.

Pada malam takbiran, Dinas Kebersihan Depok hanya menerjunkan petugas di beberapa jalan protokol, seperti Jl Margonda Raya, Jl H Juanda, dan Jl Dewi Sartika, termasuk sepanjang Jl Raya Bogor dari Auri hingga Cibinong. Sedangkan pada hari Lebaran, petugas kebersihan hanya beroperasi di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Sukma Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, dan Kecamatan Beji.

Para petugas kebersihan yang terdiri dari pengemudi dan kernet truk sampah dan tukang sapu jalan tersebut, akan bertugas membersihkan sampah di jalan sejak pukul 23.00 Wib hingga selesai shalat Ied.

Sedangkan petugas lain di tiga kecamatan tadi, akan mengumpulkan sampah berupa koran atau benda lainnya yang ditinggalkan warga se- usai shalat Ied.

Pada saat itu katanya, akan bertugas enam orang di masing-masing tempat dengan dua buah truk sampah yang disiapkan. Beberapa petugas menyesalkan upah yang diterima para petugas kebersihan yang bekerja pada hari Lebaran.

Seharusnya, upah yang mereka terima lebih layak. Karena, pada hari yang fitri itu kan mereka harusnya berkumpul bersama keluarga. Kenyataannya, mereka bekerja. Upah yang minim ternyata karena anggaran bagi mereka memang terbatas.

Keterbatasan anggaran itu juga berdampak terhadap besar upah khusus yang diberikan kepada petugas kebersihan yang membersihkan sampah warga selama libur Lebaran. Besar upah mereka untuk tahun ini tak jauh beda dengan upah tahun lalu.

Untuk pengemudi truk sampah diberikan upah sekitar Rp 60.000, kernet sekitar Rp 55.000 dan penyapu jalan sebesar Rp 50.000. Sedangkan pada tahun lalu untuk pengemudi Rp 60.000, kernet Rp 50.000, dan penyapu jalan Rp 40.000.

Upah tersebut di luar gaji bulanan dan THR. Di luar itu, karyawan Dinas Kebersihan katanya, "saweran" untuk memberikan THR kepada mereka. (W-12)



Post Date : 09 November 2005