|
TERUS meningkatnya produksi sampah di DKI Jakarta membuat pemerintah harus bergerak cepat. Selain harus meningkatkan kinerja para staf dan petugas dalam lingkup Dinas Kebersihan, pemerintah pun harus mencari jalan keluar paling tepat dalam sistem pengolahan sampah warganya. Produksi sampah warga DKI sebanyak 6.000 ton per hari (setara 25.650 meter kubik) jangan lagi dipandang sebagai persoalan sederhana yang dapat diselesaikan secara instan. Tanpa komitmen sungguh-sungguh dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI, sulit membayangkan ancaman persoalan sampah dalam sepuluh tahun ke depan. Bisa jadi, setiap sudut di Jakarta akan penuh dengan timbunan sampah yang menjijikkan. Untuk keluar dari kemelut persampahan tersebut, sudah saatnya Pemprov DKI memilih sistem pengolahan yang cepat, ramah lingkungan, dan tidak banyak memakan lahan. Dari sekian banyak mesin pengolah sampah yang ada, dengan tidak mengecilkan sistem pengolahan sampah jenis yang lain, pengolahan sampah sistem bala press mungkin bisa menjadi alternatif sambil menunggu penemuan baru dalam bidang teknologi sampah. Namun, kontrol terhadap sistem pengolahan sampah bala press tetap harus dilakukan, baik oleh masyarakat, sukarelawan yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, serta yang paling penting kontrol internal dari pemerintah dan perusahaan pengelola sampah tersebut. Pengolahan di TPST Bojong Pada dasarnya pengolahan sampah dengan sistem bala press, seperti yang ada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bojong, tidak begitu rumit. Menurut Sutarto Sarbini, Penanggung Jawab Stasiun Peralihan Antara (SPA) Cilincing dari PT Wira Gulfindo Sarana (yang saat ini bekerja sama dengan PT Wira Guna Sejahtera dalam mengelola sampah di TPST Bojong), pengolahan sampah dengan sistem bala press lebih praktis dan cepat. Dibandingkan dengan sistem sanitary landfill, pengolahan sampah sistem bala press lebih unggul. Tidak ada pencemaran limbah cair karena limbah yang telah dipres akan dibawa ke tempat pembuangan tinja. Pengangkutannya juga menggunakan truk tinja dari lokasi TPST sampai ke tempat penampungan. Selain itu, juga tidak menimbulkan gas beracun karena sampah yang telah dipres dibungkus dengan plastik yang tidak tembus cahaya dan kedap udara dan air sehingga bisa menghindari proses biologis. Kebakaran spontan juga tidak akan terjadi. Sebab, sampah-sampah ditata dalam bentuk kubus-kubus besar dan terbungkus plastik. Karena kedap udara dan air, sampah yang dibungkus tersebut tidak menimbulkan bau. Lalat juga tidak mendekat karena daya penciumannya tidak bisa menembus bungkus plastik tersebut. Pencemaran terhadap air tanah juga tidak akan terjadi karena sampah langsung diproses dalam mesin. Sutarto menegaskan, proses pengolahan sampah sistem bala press terbilang sangat mudah. Pertama, sampah yang dikumpulkan dari rumah-rumah penduduk dan tempat penampungan sementara dibawa ke SPA Cilincing atau SPA Sunter untuk dipres. Dari sini, kandungan limbah cair sampah berkurang. "Kalau musim kemarau, kandungan limbah cairnya hanya 0,1 persen. Kalau hujan, bisa sampai 20 persen," kata Sutarto. Sampah yang sudah dipres di SPA langsung dibawa ke TPST Bojong dengan menggunakan truk kapsul yang kedap air. Satu truk kapsul maksimal membawa 25 ton sampah. Sesampainya di TPST Bojong, kata dia, sampah langsung masuk ke dalam bak penampungan. Dari sini sampah di bawa conveyor. Di sepanjang conveyor tersebut, sejumlah pekerja memilah sampah. Mereka memilah antara sampah yang bisa didaur ulang dan yang tidak. Sampah yang bisa didaur ulang, seperti sampah metal, plastik, kertas, kayu, dan kaca, dikelompokkan ke dalam kelompoknya masing-masing. "Sampah seperti ini bisa diolah lalu dijual kembali. Sedangkan tenaga pemilahnya adalah warga sekitar yang digaji TPST. Ini juga bisa membantu warga mendapat penghasilan," kata Sutarto. Sampah yang tidak dapat didaur ulang langsung masuk ke dalam mesin pengolah sampah bala press (lihat diagram). Ada dua jenis mesin yang bisa digunakan dalam pengolahan ini. Pertama mobile baler. Jenis mesin bala press ini mampu mengolah sampah dalam bentuk bal atau kubus sebanyak 12-15 bal per jam. Sedangkan tipe mobile baler tornado mampu mengolah sampah dengan kapasitas 20-25 per jam. Sampah-sampah yang sudah terbungkus plastik bisa diletakkan di lokasi TPST dan disusun rapi hingga ketinggian yang diinginkan. Bisa saja di bawa ke lokasi lain untuk ditimbun atau dihancurkan. Yang pasti, tidak akan terjadi penumpukan sampah, yang ada hanya penumpukan bal yang tidak bau dan tidak bocor. (HERMAS EFENDI PRABOWO) Post Date : 26 Januari 2004 |