|
Sungai kotor bau dan beracun penuh, penuh limbah kimiaKita mandi mencuci di sana, lihatlahlihatlahIkan-ikan pergi atau mati tak kulihat dengan pastiKau yang tidur bangunlah segera lihatlah..lihatlah..Tuan.(Pinggiran Kota Besar-Iwan Fals). AIR, selain kebutuhan hidup, biasa dimanfaatkan oleh seseorang untuk bermain, memancing, mencari ikan atau kegiatan sejenis lainnya. Selain hal bersifat klangenan alias hiburan itu, rupanya air juga bisa dimanfaatkan untuk objek penelitian. Obok-obok air yang awalnya identik dengan kegiatan tanpa guna, menjadi hal yang memiliki nilai scientist tinggi. Hal itu dibuktikan Jaring-Jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air (JKPKA) yang saat ini diketuai oleh Drs Soetarno, Wakasek SMAN 2 Jombang. Menariknya, objek penelitiannya meliputi aliran sungai Das Brantas dari Jombang-Mojokerto-Porong-Sidoarjo dan seterusnya. "Meliputi wilayah Jawa Timur, dalam hal ini kita melibatkan sekolah-sekolah," jelasnya. Tentu saja karena penelitiannya berkutat pada masalah kualitas air, tak jarang para aktivitasnya mencermati perkembangan air, satu sisi lingkungan yang akhir-akhir ini mendapat perhatian serius. Pasalnya, kerapkali air-air mulai tercemar, mulai mudah dinodai oleh beberapa orang. "Memang sangat minim mereka yang mencermati masalah air, istilahnya tak ada yang mau obok-obok air," kilahnya. Awalnya, JKPKA dan aktivitasnya mendapat cibiran dari berbagai pihak. Bahkan, Soetarno yang menjadi ketua se-Indonesia tak jarang mendapat kritikan sinis. "Seperti tak ada yang bisa diteliti saja, air kok diobok-obok, begitu semua menyikapi aktivitas JKPKA," terangnya. Toh, berbagai cibiran itu tak membuat patah arang. Justru dia semakin tertantang untuk membuktikan bahwa aktivitas JKPKA beroleh hasil. Apalagi elemen yang dilibatkan mayoritas anak-anak sekolah yang rasa ingin tahunya lebih besar. "Saat ini kami sudah memiliki anggota 68 sekolah SMA/MA negeri maupun swasta se-Jatim," tukasnya. Apalagi lembaga ini merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia, yaitu yang bergerak di bidang penelitian air. Tentu saja buah kerja kerasnya sejak 1997 itu cukup menggembirakan. Disadari, ternyata melalui JKPKA, anak-anak sekolah yang aktif dalam penelitian menjadi terstimulus untuk lebih mengembangkan pola berpikirnya, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. "Aktivitas ini menumbuhkan pembelajaran kontekstual dan berfilosofi konstruktivisual yang mendukung pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)," terangnya. Bahkan, sebelum sistem KBK dimulai, sejak 1997 aktivitas ini sudah mengajak serta para peneliti dari sekolah dan pelajar untuk mencermati lingkungan, khususnya air di di Das-Brantas. Diundang Dialog Masalah Air di Meksiko Soetarno menjelaskan, bahwa aktivitas ini kian berkembang setelah tahun 2004 lalu mampu mengkoordinasi penghijauan lingkungan sekolah di Das-Brantas dengan melibatkan 52 sekolah dan 72 hektare lokasi. Tak hanya itu, buah kinerja JKPKA kian mengkilap setelah mendapat undangan internasional untuk mengikuti pertemuan bertajuk World Water Forum, dialog membahas masalah air dan lingkungan di Meksiko, 16-22 Maret mendatang. "JKPKA mendapat kesempatan itu, satu dari dua tiket undangan diberikan kepada peneliti kita," ungkap Soetarno. Rangkaian kegiatan itu tak hanya meliputi dialog dan tukar wawasan dengan negara-negara peserta, melainkan juga lawatan ke negara lainnya, yaitu Jepang, tepatnya Kota Tokyo, serta ke Kanada. JKPKA akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan wawasan terkait kualitas air yang menjadi objek penelitiannya. Apalagi saat ini masalah lingkungan cukup rentan menjadi bahan perbincangan berbagai kalangan, tak hanya nasional, melainkan juga internasional. "Ada wakil dari JKPKA yang akan berangkat," ungkapnya lagi. Bertolaknya wakil ini atas biaya dari negara Jepang dan Perum Jasa Tirta I Malang yang mengurusi masalah air di Das-Brantas. (yanuar yachya) Post Date : 12 Maret 2006 |