|
Jakarta, Kompas - Menanamkan kesadaran bahwa sampah bisa dikelola dan bernilai ekonomis bisa ditanamkan di sekolah. ”Budaya kita soal sampah masih berkonotasi bau dan tidak berguna. Ini harus diubah supaya pengelolaan sampah bisa lebih baik dan bermanfaat ke depannya,” kata Teti Suryati, pengajar muatan lokal Lingkungan Hidup SMAN 12 Jakarta, dalam acara bedah sains tingkat SMA se-Jabodetabek ”Mengubah Sampah Menjadi Sumber Rupiah” yang dilaksanakan Fakultas Biologi Universitas Nasional di Jakarta, Sabtu (14/3). Menurut Teti, dari hitungan yang dilakukan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 12 Jakarta, setiap siswa di sekolah menghasilkan sampah 0,10-015 liter per hari. Semakin besar jumlah siswa, produksi sampah di sekolah semakin banyak. Sekolah ini mengambil langkah untuk mengajak siswa mengelola sampah dengan memanfaatkan sampah organik menjadi kompos dan sampah nonorganik menjadi barang lain yang berguna. Siswa dibagi dalam kelompok yang harus bertanggung jawab untuk mengelola sampah yang mereka produksi. ”Dengan mengajarkan pengelolaan sampah di sekolah kepada siswa, kesadaran untuk bisa memandang sampah sebagai barang yang masih bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis bisa tumbuh,” ujarnya. Yang penting, siswa juga berkontribusi untuk mengurangi buangan sampah dari sekolah ini. Hanya sekitar 30 persen sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah. ”Ini wujud kontribusi siswa untuk menjaga lingkungan hidup yang baik,” ujar Teti. Apa yang dilakukan SMAN 12 Jakarta ini menjadi salah satu contoh sekolah yang mampu mengajarkan pengelolaan sampah yang melibatkan siswa. Bahkan, para siswa ditantang untuk menciptakan komposter atau alat pembuat kompos yang mudah untuk mengubah sampah organik menjadi kompos. Hasmar Rusmendro, pengajar di Fakultas Biologi Universitas Pancasila, mengatakan, perlu sosialisasi paradigma baru tentang sampah yang gencar di tengah masyarakat. Tujuannya agar masyarakat bisa mengolah sampah yang selama ini dibuang begitu saja menjadi sesuatu yang berpotensi ekonomi, seperti kompos, pakan ternak, batako atau paving block, insektisida atau pestisida, hingga sumber biogas. Tatang MS, Dekan Fakultas Biologi Universitas Nasional, mengatakan banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengolah sampah dengan memanfaatkan ilmu Biologi. Untuk itu, penelitian harus terus dilakukan dan dikembangkan. (ELN) Post Date : 16 Maret 2009 |