|
MENGGUNAKAN pengki (keranjang sampah yang terbuat dari anyaman bambu) di tangan kirinya, seorang lelaki dengan sigap menyambar plastik kecil bekas bungkus makanan ringan di tengah arena Jakarta Fair 2004. Di tangan kanannya tergenggam sapu lidi dengan gagang panjang yang digunakan untuk menahan agar plastik tidak terbang. Lelaki berkaus biru itu segera berjalan menumpahkan isi pengki yang hanya berisi plastik tadi ke dalam tong sampah yang terletak di tengah jalan antara beberapa stan produk dalam pameran tahunan ini. Tanggung jawab atas kebersihan arena seluas 44 hektare ini tersandang di pundak mereka. Tak kurang dari 550 petugas kebersihan yang bekerja selama 10 jam setiap harinya. Mereka terbagi dalam tiga shift jaga selama 24 jam. Cukup dengan mengantongi upah Rp30 ribu per hari, seorang petugas kebersihan dengan rela 'mengejar' sampah yang bertebaran di arena yang dikenal dengan sebutan Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang terletak di Kemayoran, Jakarta Pusat ini. Menurut pengakuan Wanto, seorang petugas kebersihan yang ditanya Media, mereka merupakan karyawan lepas yang dikelola oleh PT Gunung Himun Pratama (GHP). Ia mengaku bekerja sejak pukul 14.00 WIB dan baru meletakkan 'senjatanya' yang ia sandang pada pukul 24.00 WIB. Baru pada keesokan harinya ia berganti shift dengan kelompok lain untuk bekerja pada pukul 24.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB. Ketika disinggung masalah upah yang diterima, Wanto menyatakan bahwa upah yang diterima dirasa lebih baik dibanding tidak bekerja. Ia sendiri merasa beruntung mendapat pekerjaan, walaupun hanya sebagai petugas kebersihan di arena PRJ ini. "Saya kira upah yang saya terima itu relatif. Lebih baik begini daripada masih menganggur. Sulit kalau menganggur di Jakarta," kata lulusan sekolah menengah atas ini kepada Media. Kerja Tim Sementara Mulyadi, Supervisor PT GHP, mengatakan, dari arena PRJ sedikitnya ada 330 m3 sampah setiap harinya yang mesti diangkut ke Tempat Pemusnahan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi. Ini berdasarkan catatan jumlah kontainer pengangkut sampah yang hilir mudik membawa sampah dari PRJ setiap harinya. "Setiap hari kami mengeluarkan sedikitnya 300 lembar plastik (garbage bag) untuk menampung sampah-sampah tersebut. Dari setiap kantong, rata-rata berisi sekitar 25 kg," jelas Mulyadi lagi. Sebagai pengelola kebersihan yang baru pertama kali ikut dalam kemeriahan PRJ, Mulyadi mengatakan bahwa tanggung jawab yang diberikan pada perusahaannya ditunjukkan dengan hasil kerja timnya selama ini. "Untuk menjaga arena agar tetap bersih dan nyaman bagi para pengunjung, kami bahkan mengerahkan 'tim comot' dan 'tim sapu'," katanya. Ia menjelaskan, 'tim comot' bertugas untuk memungut sampah-sampah yang sulit diambil jika menggunakan sapu dan pengki. Hingga petugas terpaksa harus mengambil sampah tersebut dengan menggunakan tangan. Sedang tim sapu, seperti petugas kebersihan lain bertugas untuk membersihkan sampah pada umumnya. "Kalau bisa diumpamakan, sebelum sampah itu dibuang seseorang, petugas kami sudah siap menampung," katanya sambil tersenyum. Kerja keras para petugas kebersihan ini tampak pada kepuasan dari pengunjung PRJ yang ditanya Media. Tedi misalnya, pria asal Bekasi ini menyatakan cukup puas berada di arena PRJ yang bersih. Ia yang hampir setiap tahun membawa keluarganya untuk melihat beragam produk yang dipamerkan di kawasan Kemayoran ini membandingkan dengan penyelenggaraan pada tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, pada penyelenggaraan tahun ini, kebersihan arena PRJ sangat terjaga. Di setiap sudut tampak tong-tong sampah yang telah disiapkan untuk menampung beragam kotoran yang dibuang pengunjung. Selain itu, petugas kebersihan yang tersebar di setiap sudut juga tampak bekerja sepenuh hati. "Melihat lahan yang bersih, setidaknya membuat pengunjung sungkan untuk membuang sampah sembarangan. Biasanya masyarakat kita tidak peduli dengan hal-hal semacam itu. Walaupun ada tulisan larangan, tetap saja dia membuang sampah di tempat itu," katanya. Hal itu juga disampaikan Siti Fatimah, pengunjung asal Bogor yang berada di koridor Hall A usai makan siang. Ia mengatakan, biasanya di tempat orang makan, apalagi makanan yang dibungkus, pasti banyak sisa-sisa sampah yang dibuang begitu saja. Tapi, di arena PRJ kali ini, ia tidak menemukan hal tersebut. "Biasanya kardus-kardus bekas makanan cepat saji teronggok di sudut-sudut pilar. Tapi, di sini rasanya tidak kita temukan. Padahal, bisa Anda lihat sendiri berapa banyak orang yang makan di sepanjang koridor ini," katanya sambil menunjuk koridor yang memang dipenuhi pengunjung yang sedang menyantap berbagai macam makanan. (Yuni Eko Sulistiono/J-4) Post Date : 28 Juni 2004 |