|
BANJIR menjadi masalah di kota Semarang, yang tak kunjung ada penyelesaiannya. Tindakan yang diambil untuk mengatasi persoalan itu, bisa dikatakan tak mampu menyelesaikan masalah. Beberapa daerah masih tergenang air ketika hujan turun. Hal itulah yang mendorong Erwin, siswa kelas 11 IPA-1 Imersi SMA Theresiana 1 Semarang itu untuk membuat esai tentang penanganan banjir di Kota ATLAS. Dalam materinya, yang memenangkan juara I Lomba Esai, yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Undip itu, dia mengambil tema "Semarang Kota Bawah Air". Pengalaman pribadinya bisa dikatakan menjadi alasan pemuda berkulit bersih itu membuat esai itu. Sebab, di lokasi tempat tinggalnya, di Jl Panggung Mas IV No 23 C Semarang itu, sering memaksa dia untuk berhubungan dengan banjir. "Tiap kali hujan, rumah saya pasti kebanjiran," kata dia. Salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, menurutnya, adalah dengan menggunakan turbin hidroelektrik. Metode itu sudah dikembangkan sejak lama dan sekarang. Turbin tersebut dapat dijadikan sebagai daya tarik Kota Semarang. "Sebab, Kota Semarang berada di bawah aliran bendungan. Hal itu akan menjadi keunikan tersendiri, karena kota tidak tenggelam dan dapat disebut 'The Under Water City'," tutur dia. Sementara itu, ungkap dia, rob yang juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, dapat diatasi dengan membuat bendungan di sekitar pantai. Hal itu untuk mencegah melubernya air laut ke darat. Menurut Erwin, penyebab banjir di Kota Semarang tak hanya rob. Tersumbatnya saluran, yang ada akibat sampah juga, menjadi masalah yang perlu segera penanganan. Untuk itu, diperlukan penataan kembali dan pembersihan saluran secara berkala. (Roosalina-56h) Post Date : 07 Juni 2006 |