Komunitas Mahasiswa Sentra Energi (Kamase) Jurusan Teknik Fisika UGM Yogyakarta, memecahkan permasalahan air bagi warga Gunungkidul, DIY, melalui solar water pumping system.
Warga Dusun Banyumeneng I, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sudah lama mengalami kesulitan air.
Ada satu mata air untuk memenuhi kebutuhan warga setempat sejak mereka menghuni kawasan itu, yaitu Kaligede. Mata air itu hanya menggenang dan tidak bisa mengalir karena kondisi geografi snya yang tidak mendukung. Air berada di daerah cekungan di dalam gua. Lokasinya pun jauh dari pemukiman warga.
Bila harus berjalan kaki, jarak yang harus ditempuh sekitar empat kilometer atau setengah jam perjalanan. Sebagian besar masyarakat memilih membeli air bersih seharga Rp1.000 per jeriken isi 35 liter, atau Rp120 ribu per tangki isi 5.000 liter.
Akan tetapi, permasalahan air warga dusun ini akhirnya dapat dipecahkan Komunitas Mahasiswa Sentra Energi (Kamase) Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Mereka pemilik ide sistem pengangkatan air menggunakan energi matahari yang muncul pada 2007. Konsep tersebut telah memenangi lomba bertaraf internasional dalam Mondialogo Engineering Award (MEA) 2007, di India. Kemenangan lomba itu atas kerja sama UGM Yogyakarta dengan Curtin University, Australia.
Pada Juli-Agustus 2009, tim Kamase membangun sistem pengangkatan air menggunakan tenaga matahari atau bernama solar water pumping system.
Pakar energi terbarukan UGM Yogyakarta, Ahmad Agus menjelaskan, Desa Giriharjo memiliki potensi matahari yang sangat baik.
Lulusan Curtin University of Technology Australia, itu yang juga terlibat dalam pembuatan program pengangkatan air menggunakan energi matahari.
Ia mengutarakan untuk mendapatkan sinar matahari maksimal, panel surya ditempatkan di Bukit Kaligede. "Setelah itu dilakukan pemetaan jalur pipa utama dan penentuan titik tandon utama. Pemetaan jalur pipa sendiri memakan waktu cukup lama, untuk memetakan daerah yang akan dipasang pipa dan perhitungan kemampuan mengangkat air melalui pipa (head loss)."
Dengan demikian diketahui pompa yang dipakai dan kapasitas panel surya yang digunakan. Tahap selanjutnya, dibuatkan design engineering detail (DED) awal untuk mencari spesifikasi dari beberapa komponen yang sesuai untuk diinstal ke dalam sistem.
Pembuatan DED meliputi beberapa komponen antara lain pemipaan, pompa, reservoir (tandon), dan daya panel surya. Kemudian dilakukan sosialisasi sistem pengangkatan air menggunakan energi matahari kepada masyarakat setempat. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat dukungan penuh dari warga, baik bantuan tenaga maupun keikhlasan tanahnya dilewati pipa air menuju tandon.
Tahap selanjutnya mem bangun instalasi sistem dan pembentukan Organisasi Pengelola Air Kaligede (OPAKg). Organisasi ini bertanggung jawab penuh atas permasalahan apa saja yang muncul agar kebutuhan air bersih jangan sampai terhambat.
Perhitungan sistem dimulai dari kebutuhan masyarakat akan air. Diperkirakan, setiap kepala keluarga (KK) membutuhkan sekitar 150 liter per hari. Karena itu ditaksir kebutuhan air di wilayah itu mencapai 7.800 liter per hari.
‘’Dari data tersebut dihitung total head loss untuk mencari spesifikasi pompa yang memenuhi head total dan kebutuhan warga,” jelas Ahmad.
Ia mengutarakan berdasarkan perhitungan untuk mengangkat air dari sumber Kaligede dibutuhkan pipa se panjang 118 meter dengan meng gunakan pipa HDPE (hight density popyethylene).
‘’Untuk pompanya menggunakan Lorentz HR (Helical Rotor)-07 PS 1200, dengan debit yang dihasilkan 0,3 per detik, dan tinggi angkatan pompanya 120 meter.” Ia mengutarakan pihaknya menggunakan 12 modul cell surya. Satu modul cell surya memiliki kemampuan menghasilkan 100 WP (wattpeak). “Jadi total seluruh panelnya menghasilkan 1200 WP,” kata Ahmad.
Secara sederhana, mekanisme dari kinerja alat tersebut adalah dari sinar matahari diterima modul cell surya, kemudian energi yang dihasilkan untuk menghidupkan pompa air.
Pompa air itu akan mengangkat air menuju tandon utama dengan ketinggian sekitar 1.600 meter. Air dari tandon utama kemudian disalurkan ke tandon lain yang ditaruh di lokasi strategis di kawasan Dusun Banyumeneng yang menjadi sasaran. Warga pun tidak harus berjalan kaki hingga empat kilometer lagi untuk mendapatkan air bersih. Mereka cukup datang ke bak tandong yang ada di dekat rumahnya. Sulistiono
Post Date : 06 April 2010
|