Mendesak, Penanganan Banjir di Penolih

Sumber:Suara Merdeka - 19 Juli 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

PURBALINGGA - Warga Desa Penolih mendesak Pemkab segera turun tangan mengatasi banjir yang menggenangi areal persawahan di desa tersebut. Pasalnya, hampir setiap kali musim hujan, tanaman padi puso akibat terendam banjir. "Air yang menggenang tidak langsung surut, malah bisa mencapai satu minggu lamanya. Kalau sudah begitu dapat dipastikan padi bakal busuk dan mati," ungkap seorang warha, Sakir Sastrosuwiryo (44), kemarin.

Dikatakan, setiap kali musim hujan tiba petani selalu merasa waswas bila air Sungai Ranu dan Pendelegan meluap. Petani harus mengeluarkan modal lebih banyak lagi untuk membeli bibit, obat, dan pupuk. Belum lagi, kerugian waktu akibat harus menyemai dan menanam ulang padi tersebut. "Dalam semusim, kami bisa menyemai dan menanam berkali-kali. Jelas rugi, wong sekarang harga input pertanian macam pupuk dan obat pembasmi hama semakin mahal," imbuhnya.

Tahun ini, lanjut Sakir, karena musim penghujannya lebih panjang, praktis tidak akan panen sama sekali. Hal ini sangat merugikan petani. Ketua Gapoktan Mekar Tani Penolih, Yahya Dwijo A (54) menambahkan, setiap tahun kejadian tersebut selalu berulang.

Banjir tersebut terjadi sejak 2007 akibat dipicu luapan Sungai Pendelagan dan Sungai Ranu. Rata-rata tinggi banjir mencapai 70 cm. Adapun luasan sawah yang terendam kurang lebih sebanyak 60 hektare.

"Sekitar 1 Hektare sawah mampu menghasilkan 6 ton gabah. Satu tonnya seharga Rp 350 ribu, jika 60 hektare maka kerugian seluruh petani mencapai kurang lebih Rp 130 juta. Belum ditambah biaya lain-lain," tukasnya.   (H59-64)



Post Date : 19 Juli 2010