Mendayagunakan Limbah bagi Kehidupan

Sumber:Media Indonesia - 15 Juni 2009
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Memanfaatkan sisa hidup untuk kemaslahatan masyarakat adalah moto itu,Supardiyono. Selaras dengan moto itu, pengurus lembaga swadaya masyarakat (LSM) Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) dan Bandung Spirit itu pun menghabiskan waktu untuk menjaga keutuhan lingkungan dengan melakukan berbagai kegiatan advokasi di masyarakat

Menurut pria yang kini telah menginjak usia 65 tahun itu, menjaga lingkungan dengan berbasis kemasyarakatan harus dimulai dari rumah

Rumah sederhana di Jl Alfa Nomor 92 Cigadung, Kompleks Dosen Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, yang lebih dari 25 tahun ditempatinya itu sering dijadikan tempai diskusi, selain sebagai rumah contoh bersih lingkungan

Kebanyakan masyarakat menye- butnya zero waste. Karena, di rumah itu, lelaki yang masih terlihat bugar itu mengolah berbagai jenis sampah, mulai dari plastik, dedaunan, hingga kertas.“Sampah yang dibuang, saya olah kembali di rumah untuk dijadikan berbagai barang kebutuhan sehari-hari

Karena rumah saya dijadikan tempat pengolahan sampah, mereka menyebutnya zero waste,” papar ayah tiga anak ini kepada Media Indonesia di rumahnya, pekan lalu

Lelaki jebolan Teknik Geologi Insti- tut Teknologi Bandung (ITB) 1970 itu sudah terbiasa kerja di lapangan dan berkeliling perdesaan. Ia mengaku aktif di LSM DPKLTS dan Bandung Spirit sejak 2000 atau setelah pensiun sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Air Departemen Pekerjaan Umum

“Sejak itu, saya lebih konsentrasi lagi terhadap kelestarian hutan dan lingkungan, termasuk mendaur ulang sampah,” ujarnya

Di tangan Sobirin, berbagai jenis sampah bisa diolah dan diproses sehingga menjadi sumber perekonomian

Menurutnya, mengolah sampah menjadi barang dan peralatan sehari-hari seperti tas, keranjang, hingga keperluan rumah tangga merupakan bagian dari ekonomi kreatif yang tengah digalakkan secara nasional

Untuk sampah plastik, ia menyucinya hingga bersih sebelum memproses. Sementara itu, sampah kertas harus direndam di dalam tong berisi air hingga hancur seperti bubur beras. “Setelah itu, saya dibantu rekan-rekan membuatnya menjadi berbagai jenis barang-barang yang bisa dijual, seperti beraneka jenis patung. Sebagiannya lagi, dibuat kertas karton dan alat perkantoran lainnya,” tutur Sobirin

Kompos Berbeda dengan sampah basah, seperti bekas makanan dan dedaunan, ia memprosesnya untuk pupuk kompos Cara pembuatan kompos ini, sampah-sampah tersebut dimasukkan ke tanah berlubang dengan ukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 1 meter

Lalu, Sobirin memberinya mikro- organisme lokal (MOL) yang dibuatnya sendiri dari cairan ragi dan gula pasir yang disimpan secara khusus selama dua pekan

“Sebenarnya MOL banyak beredar di pasaran. Namun, harganya mahal,” kata dia. Ia menjelaskan ada dua cara untuk membuat kompos dari bahan sampah, yaitu dengan bantuan udara (aerob) dan tanpa udara (anaerob)

“Kedua cara ini bisa menghasilkan kompos berkualitas baik jika diproses secara baik pula,” tuturnya Hanya dalam satu bulan, Sobirin bisa menghasilkan puluhan kilo kompos. Menurut anak sulung pasa

ngan Achmad Sobirin dan Siti Sutarsiah itu, jika setiap rumah bisa membuat kompos dan pemerintah mau membeli untuk penanaman kawasan hijau di perkotaan, akan tercipta sebuah siklus perekonomian baru bagi masyarakat

Tidak mengherankan jika rumah Sobirin sering dikunjungi masyarakat dan perusahaan (pupuk) dari berbagai negara untuk melihat proses pembuatan kompos maupun pengolahan sampah lainnya

“Di samping membeli, mereka yang datang ke rumah ingin tahu bagaimana cara pembuatan kompos berbahan baku sampah,” terangnya

Sobirin mengaku khawatir buah pikirannya yang telah membuahkan hasil itu tidak ada yang meneruskan

“Sekarang, keluarga kami dan kerabat yang mengurus pembuatan kompos. Saya berharap pemerintah turun tangan untuk membantu menyosialisasikan sekaligus mengembangkan, kompos yang diproduksi secara tradisional ini.” Sobirin memulai bereksperimen

mengolah sampah menjadi kompos pascaperistiwa longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Februari 2005. Keprihatinannya sekaligus untuk mengurangi bencana serupa di lokasi pembuangan sampah ia lebih fokus dalam mengelola sampah. “Sampah berasal dari alam dan kembali lagi ke alam. Jika manusia menghargai alam, saya yakin apa pun bisa dimanfaatkan dan jauh dari bencana.” Di Kota Bandung, sampah sudah menjadi persoalan klasik.

Ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar semakin sulit mengatasi persoalan sampah di Kota Kembang itu Ia telah menyarankan agar setiap sampah dipilih sebelum masuk TPA Jika hal itu dilakukan tidak akan terjadi penumpukan di pinggiran kota

“Saya akan mengusulkan agar di setiap pasar tradisional di Jabar membuat industri kompos karena sampahnya sangat berpotensi untuk dibuat kompos,” jelasnya

Limbah selokan Sobirin juga berhasil memanfaatkan limbah selokan menjadi bahan eksperimen sekaligus menjadi taman air limbah atau taman air mini Di atas tanah berukuran kira-kira 70 x 70 sentimeter, ia memanfaatkan air cucian dapur yang disaring dengan kain. Lalu disalurkan ke taman air mini yang berisi berbagai jenis tanaman air, seperti melati air dan genjer. “Fungsi tanaman ini juga menyerap air cucian menjadi air bersih,” jelasnya

Menurutnya, pemanfaatan air selokan bisa diterapkan di sejumlah selokan yang berada di pusat kota “Selokan yang airnya kotor bisa dibudidayakan menjadi taman air

Asalkan ada kemauan dari warga dengan didukung pemerintah setempat.” Terkait dengan Hari Lingkungan Sedunia beberapa waktu lalu. Pria yang pernah ber kunjung ke Amerika Serikat untuk melakukan penelitian ini berharap hal itu tidak berhenti hanya sebagai seremoni. Namun, dibuktikan dengan upaya konkret, seperti menggali kesadaran, membangun kelestarian lingkungan melalui gerakan-gerakan, politik, dan budaya

Sobirin menerangkan lingkungan yang bersih dan baik akan berpengaruh besar terhadap perekonomian Selain pengolahan sampah dapat memunculkan sumber perekonomian baru, negara yang bersih akan mendatangkan investasi masuk ke Indonesia. (Eries M Rizal)



Post Date : 15 Juni 2009