|
PASURUAN – Bencana banjir dan kekeringan merupakan bencana tahunan yang seolah tiada akhir.Kelebihan debit air yang terjadi pada musim penghujan berdampak pada datangnya bencana banjir pada kawasan yang rendah. Sebaliknya,kekurangan debit air mengakibatkan bencana kekeringan. Menjaga keseimbagan ekosistem alam merupakan salah satu pilihan untuk menyeimbangkan lingkungan yang sudah terlanjur rusak.Menanam pohon di lahan kritis dan tidak membuang sampah sembarangan adalah upaya untuk meminimalisir terjadinya bencana. Pakar hidrologi Universitas Brawijaya Malang, Dr Gunawan Wibisono, mengungkapkan, gerakan menanam pohon secara menyeluruh dan berkelanjutan sebagaimana konsep integrated water resource manajement (IWRM) merupakan bagian program konservasi sumber daya air.Penanaman pohon pada lahan-lahan kritis sekaligus mengurangi laju penurunan dan pencemaran air tanah. ”Membangun sumur resapan dapat berfungsi sebagai penampungan air hujan yang mengalir di atap rumah warga. Air ini dapat mengisi kembali air tanah yang merupakan sumber air bersih,” kata Gunawan di sela launching program konservasi sumber daya air di Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan yang diprakarsai Danone Aqua. Menurut Gunawan, sumur resapan (ground water artificial recharges) dengan spesifikasi tehnis kedalaman 4 meter diperkirakan dapat menghasilkan debit imbuhan sebesar 30.000 meter kubik per tahun. Jumlah ini setara dengan 6.000 tangki air dengan kapasitas 5.000 liter. Sementara itu, Kabid Kehutanan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pasuruan, I Made Jayatsena menyatakan, lahan kritis mencapai 20.962 hektar atau seluas 14,22% dari luasan wilayah di Kabupaten Pasuruan. Sedangkan kawasan hutan mencapai 32.681 hektar atau 22,17%.Potensi hutan ini sebagai ekosistem mahluk hidup dan menjadi penyangga kehidupan masyarakat yang berada di daerah hulu maupun hilir. ”Hutan memang masih luas, tetapi harus terus dijaga kelestariannya,” arie yoenianto Post Date : 10 Desember 2012 |