Memoles Cepat Akses Bandara

Sumber:Majalah Tempo - 11 Februari 2008
Kategori:Banjir di Jakarta
DUDUK gelisah di belakang kemudi mobil Honda Stream hitam metalik, Fauzan Setiadi tak henti melirik jam tangannya yang sudah lewat angka 11. Sesekali dia mendongakkan kepala melihat antrean mobil yang tidak kunjung bergerak di Jalan Jenderal Sudirman, Tangerang, Sabtu dua pekan lalu. Dia hanya bisa berdoa supaya tidak ketinggalan pesawat yang akan terbang menuju Banjarmasin pukul 14.00.

Banjir di tol Profesor Sedyatmo kilometer 25 hingga 27 memaksa Fauzan memutar jalur dari rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta. Curah hujan yang mencapai 117 milimeter membuat air bertakung hingga ketinggian 60 sentimeter. Genangan tak kunjung surut karena 2 dari 3 pompa yang terdapat di ruas tol tersebut mati. Satu-satunya akses tol langsung dari Jakarta ke bandara ini akhirnya ditutup hingga tiga hari.

Fauzan menempuh jalur alternatif melalui Tangerang menuju pintu M1 barat Bandar Udara Soekarno-Hatta. Biasanya perjalanan dari kediamannya ke bandara hanya ditempuh sekitar satu jam melalui tol Sedyatmo. Tapi, Sudah dua jam lebih perjalanan tidak sampai juga, ujar Fauzan, 35 tahun.

Lumpuhnya akses menuju bandar udara internasional itu bisa mengakibatkan rencana bisnis ribuan penumpang seperti Fauzan tertunda bahkan batal. Peristiwa itu juga membikin PT Angkasa Pura II, pengelola Soekarno-Hatta, kehilangan potensi pendapatan hingga Rp 5,3 miliar. Direktur utamanya, Edie Haryoto, mengatakan besaran angka itu dihitung dari batalnya 229 penerbangan dan pendaratan.

Pemerintah, seperti juga pada banjir-banjir sebelumnya, mencoba turun tangan. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengadakan rapat khusus di ruang VIP terminal I bandara, Minggu dua pekan lalu. Kalla menyatakan, banjir bandara ini sebagai peristiwa terburuk selama 25 tahun terakhir. Dua hari kemudian, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengadakan rapat terbatas di Balai Kota DKI Jakarta.

Dari hasil rapat itu, Gubernur DKI Fauzi Bowo menjanjikan, akses jalan tol ke bandara nantinya tidak akan terputus lama bila diterjang banjir. Gubernur yang akrab disapa Foke ini mengatakan akan menambah tujuh unit pompa lagi sehingga menjadi 24 unit di sepanjang tol Sedyatmo. Tambahan pompa itu cukup membantu menyedot air kurang dari lima jam, kata Foke.

Tak hanya menambah unit pompa, Departemen Pekerjaan Umum (PU) juga akan meninggikan dan melebarkan tol yang kelelep sepanjang 7 kilometer, dari Pluit hingga Kamal Muara. Peninggian itu bervariasi dengan mengikuti kontur tanah. Maksimal 2 meter dan paling rendah 60 sentimeter. Jalan dari dua arah akan dilebarkan masing-masing menjadi empat lajur.

PT Jasa Marga, sebagai pelaksana proyek, mempercepat pembangunannya menjadi Maret nanti, dari semula pertengahan tahun ini. Pelebaran dan peninggian jalan tol itu akan diutamakan di lajur menuju Bandara. Sedangkan dari arah sebaliknya akan dikerjakan belakangan. Proyek senilai Rp 260 miliar itu diperkirakan rampung pada September sehingga bisa mengantisipasi kemungkinan banjir pada Desember tahun ini.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen PU, Amwazi Idrus, mengatakan bahwa pembenahan jalan tol itu sudah sangat mendesak. Menurut dia, inilah solusi tercepat mengatasi jalan bebas hambatan itu dari limpasan air. Secara bertahap proyek peninggian ini akan berlaku juga di wilayah tol Sedyatmo yang rawan tergenang.

Pembenahan ini bukannya tidak makan korban. Hutan bakau sekitar 20 hektare harus digusur. Menurut Amwazi, Departemen Kehutanan sudah memberikan lampu hijau penggunaan lahan hutan bakaunya. Tapi tetap ada aturan main sebagai kompensasinya, misalnya merelokasi lahan konservasi, ujar Amwazi. Proyek ini dibangun tanpa mengubah ekosistem sekitarnya.

Meski nantinya sudah lebar dan tinggi, kemacetan tetap sulit teratasi. Amwazi mengatakan, kapasitas tol Sedyatmo sudah tidak memadai lagi saking banyaknya kendaraan. Jalan alternatif melalui Tangerang atau Daan Mogot juga terlalu sempit. Untuk itu, pemerintah mendorong proyek lama lebih cepat selesai, yakni menghubungkan Jalan Lingkar Luar Jakarta (JORR) ke bandara.

Menurut Amwazi, pembangunan ruas jalan tol Penjaringan-Kebon Jeruk (W1) bisa lebih cepat dari rencana tol lainnya karena proses pembebasan tanah sudah selesai. Tinggal JORR seksi II Kunciran-Serpong dan Ulujami-Kebon Jeruk (W2) yang mesti digenjot. Amwazi mengatakan, ruas itu diharapkan bisa selesai tahun depan.

Percepatan proyek juga terjadi pada rencana pembangunan jalur kereta api bandara. PT Railink, gabungan PT Kereta Api dan Angkasa Pura II, akan memulai konstruksinya pada Maret nanti. Direktur Utama PT Railink, Masjraul, mengatakan bahwa pihaknya bisa saja melakukan percepatan pengerjaan konstruksi dari satu setengah tahun menjadi setahun.

Nantinya, rel bandara akan berada di samping jalan tol dengan posisi lebih tinggi. Railink juga sudah memperhitungkan pelebaran dan peninggian jalan tol dalam desainnya. Lintasan baru terbentang dari Stasiun Muara Angke hingga bandara sepanjang 22 kilometer. Adapun jalur dari Stasiun Manggarai sampai Angke, 11,7 kilometer, menggunakan jalur yang sudah ada.

Masjraul mengatakan, pembangunan jalur kereta akan dilakukan dalam empat segmen secara paralel dan dikerjakan bersamaan. Bagian itu terdiri dari Stasiun Angke-Pluit, Stasiun Pluit-Pantai Indah Kapuk (PIK)-Stasiun Utama Bandara, dan bandara menuju terminal penumpang.

Proyek senilai Rp 3,8 triliun itu akan berupa rel di atas tiang dengan tinggi minimal 4 meter. Tiang tertinggi ada di wilayah Kapuk, yakni 12 meter. Di bawah penopang itu terdapat pasak yang tertanam hingga lapisan tanah terkeras. Pasak ini bisa menahan rel supaya tidak ambles akibat penurunan permukaan tanah. Jadi, tidak mungkin kebanjiran, kata Masjraul.

Masjraul mengatakan, pembangunan sarana kereta api bandara ini tidak akan mengganggu kegiatan penerbangan. Polusi udara dapat dihindari karena menggunakan kereta listrik. Dia juga menjamin pembangunan rel ini tidak akan mengganggu lingkungan. Menurut dia, analisis dampak lingkungan segera selesai pada akhir bulan ini.

Banjir di bandara telah membuat percepatan target sejumlah proyek. Tapi Selamet Daroyni, Direktur Eksekutif Walhi Jakarta, mengatakan bahwa penanganan akses bandara itu cenderung bersifat reaktif. Menurut dia, langkah ini mungkin hanya bisa menjawab persoalan jangka pendek. Saya khawatir pembenahan jalan tol ini merupakan gagasan gegabah karena tekanan berbagai pihak, katanya.

Menurut Selamet, pemerintah pusat dan provinsi selalu menekankan pembangunan dengan pendekatan teknologi, sedangkan kaidah lingkungan sering terabaikan. Kemacetan jalan bisa teratasi dalam jangka pendek. Tapi banjir tetap menjadi momok bagi penduduk di wilayah utara serta fasilitas umum lainnya.

Selamet mengatakan, persoalan paling utama adalah alih fungsi lahan yang melebihi daya dukung kapasitas Jakarta. Misalnya sekitar 32 kilometer pantai Jakarta telah menjadi lahan komersial yang dikaveling pengusaha. Akibatnya, terjadi penyusutan hutan bakau yang selama ini menjadi penahan dan penampung air saat pasang.

Hutan bakau di Angke-Kapuk dalam data Dinas Kehutanan DKI Jakarta 2007 masih membentang 50,8 hektare. Begitu juga hutan lindung wisata Kamal Muara yang mencapai 101,6 hektare. Padahal, dalam penelitian Walhi, hutan Angke-Kapuk hanya tersisa 10 hektare dan Kamal Muara 20 hektare.

Hilangnya pohon bakau itu membuat air meluber ke tempat yang lebih rendah. Selamet mengatakan, wilayah reklamasi memang bisa bebas dari banjir karena memiliki tanggul yang tinggi. Tapi, ironisnya, yang terkena wilayah lain seperti bandara yang menjadi kepentingan publik, kata Selamet.Yandi M.R., Joniansyah (Tangerang)



Post Date : 11 Februari 2008