Membuat Kompos dengan Tong Aerob

Sumber:Koran Sindo - 30 Agustus 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Sudah satu tahun ini warga Rukun Warga 1, Kelurahan Ujung Pandang Baru, Kecamatan Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan, mengikuti program Makassar Green and Clean (MGC). Sejak saat itu, mereka memanfaatkan tong komposter aerob untuk membuang sampah organik.

Tong sampah aerob dibuat oleh salah satu warga setempat, Serly Tanri. Serly, yang juga fasilitator MGC, bisa membuat dua buah tong sampah dalam 1 minggu. "Terlebih jika ada pesanan dari kelurahan lain," katanya kemarin.

Wanita 47 tahun ini membuat bak sampah itu dengan menggunakan tong plastik berukuran 90 liter beserta tutupnya. Badan tong lantas dilubangi terlebih dulu. Itu dilakukan untuk memasukkan pipa yang juga telah dilubangi kecil-kecil. Lubang tersebut berfungsi mengalirkan oksigen agar proses mengompos terjadi. "Pipanya harus saling menyambung. Ini untuk menghindari tikus masuk ke dalam tong," ujar Serly.

Kini sudah ada lima buah tong komposter aerob yang disebar di sekitar rumah warga. Serly mengklaim jumlah tong itu merupakan yang terbanyak di kecamatannya. Melalui tong itu, sampah warga dapat diproses menjadi kompos.

Untuk membuat kompos, tong komposter aerob tersebut diisi dengan sampah organik berupa daun tanaman, rumput-rumputan, dan potongan sayur. Menurut Serly, warga harus pintar memilah sampahnya. Sebab, tidak mudah untuk membedakan sampah yang dapat dimasukkan ke dalam tong itu. "Untuk tong komposter ini sebaiknya diisi dengan sampah yang belum dimasak, seperti sisa potongan sayur yang tidak digunakan. Kalau sampah yang sudah dimasak kami masukkan ke keranjang takakura," ujarnya.

Selain belum dimasak, sampah yang akan dimasukkan terlebih dulu dirajang agar proses mengompos lebih cepat. Namun, Serly mengatakan, butuh waktu setahun untuk dapat memanen hasil olahan komposter aerobnya. Beda dengan sampah di keranjang takakura. Di keranjang itu, dalam satu minggu kompos sudah dapat dipanen. "Selain memang ukuran tongnya besar, sampah yang dimasukkan memang membutuhkan waktu yang cukup lama baru dapat terurai," ujarnya.

Tong komposter aerob itu, menurut Karsini, warga setempat, sangat bermanfaat. Sebelum menggunakan tong itu, dia selalu membakar sampah daun-daun kering yang dikumpulkan setiap sore. Hasilnya, menurut dia, malah menambah debu. "Belum lagi aroma pembakarannya kurang sedap," kata wanita 40 tahun ini sambil tertawa.

Sementara itu, bagi Serly, tong sampah ini tak hanya membantu warga mengelola sampah, tapi juga menambah isi koceknya. Ia menjual tong itu dengan harga Rp 75-80 ribu. "Lumayan buat tambahan penghasilan," katanya. KAMILIA



Post Date : 30 Agustus 2010