|
PANASNYA Kota Padang, Minggu (30/1) siang, terasa menggerahkan dan menggelisahkan. Warga kota yang tinggal dan atau bekerja di rumah atau ruangan tanpa penyejuk udara (AC) pasti bermandikan keringat. Bayangkan, suhu udara menunjukkan angka 34,5 derajat Celsius. Walaupun malam hari suhu sedikit menurun ke angka 31,0 derajat Celsius, panasnya "tetap minta ampun". Suhu yang sedemikian panas itu bukan karena akhir-akhir ini Kota Padang dilanda kabut asap kiriman yang relatif tebal. Akan tetapi, itu terasa sejak berkurangnya kesadaran warga dan Pemerintah Kota Padang memelihara lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman, sekurang-kurangnya dalam lima tahun terakhir. Bayangkan, Kota Padang yang dulu dikenal sebagai pionir dalam program ketertiban, kebersihan, dan keindahan (K3) di Indonesia sejak awal 1980-an, dan kemudian hampir tiap tahun meraih Penghargaan Kota Terbersih, meraih Piala Adipura dan Adipura Kencana, tiba-tiba beberapa tahun belakangan penghargaan itu tak satu pun diraih. Tidak hanya Kota Padang yang kehilangan predikat kota terbersih, tetapi kota-kota lainnya di Sumbar juga demikian. Barangkali, karena sibuk mengurusi otonomi daerah sehingga terkesan program K3 terabaikan. Menyadari hal itu, dan banyaknya kritikan dan keluhan dari wisatawan yang datang berkunjung ke Sumbar, Fauzi Bahar, pada awal-awal menjabat wali kota, memiliki program yang langsung menyentuh soal ini. "K3 kembali digalakkan karena pada prinsipnya adalah suatu gerakan yang melibatkan semua potensi, baik pemerintah dengan semua jajarannya maupun masyarakat dengan semua lapisannya. Tujuan program ini adalah untuk terciptanya lingkungan kota yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kehidupan, yaitu lingkungan yang tertib, aman, lancar, sehat, bersih, dan indah," kata Fauzi Bahar dalam wawancara dengan Kompas, Minggu (30/1). Ia menjelaskan, walaupun ini ditujukan kepada K3, pada hakikatnya dapat pula meningkatkan disiplin warga kota. Dengan demikian, program ini mempunyai manfaat ganda, baik dalam pendidikan terhadap warga kota maupun sebagai suatu tindakan preventif terhadap masalah lingkungan. Menggalakkan kembali K3 bukan tanpa hasil. Ternyata tahun 2004, kota ini meraih penghargaan kota terbersih di Indonesia untuk kategori kota sedang (kecil). Prestasi ini disambut sukacita warga kota. Predikat yang hilang tahun sebelumnya kembali direbut. PRESTASI sudah didapat, tapi kok Kota Padang masih terkesan gersang dan kurang nyaman? Bahkan, kerin- dangan dan kehijauan di kota seakanakan sudah berkurang sekarang dibanding dulu! Wali Kota Fauzi Bahar tak menampik kenyataan itu. Penilaian demikian bisa dimaklumi. "Secara jujur saya akui kondisi yang ada sekarang belum memuaskan, masih banyak yang harus dibenahi secara bertahap. Akan tetapi, bagaimanapun sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya," katanya. Oleh karena itu, dari delapan butir misi Kota Padang saat ini, ada tiga poin yang diarahkan untuk lebih meningkatkan pencapaian dalam hal program K3. Ketiga poin itu adalah meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana kota, penataan ruangan berwawasan lingkungan, sehat, dan bersih; meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, lestari, dan ramah lingkungan; dan menegakkan serta meningkatkan supremasi hukum. Sejalan dengan itu, jika sebelumnya ada moto "Padang Kota Tercinta", kini moto itu ditambah sehingga menjadi "Padang Kota Tercinta, Kubela dan Kujaga". Di situ tersirat tekad dan semangat untuk secara bersama membangun Kota Padang, membela dan menjaganya. Moto baru ini secara gencar disosialisasikan kepada masyarakat melalui spanduk di berbagai lokasi strategis dan iklan layanan masyarakat di media massa. Selain itu, Pemerintah Kota Padang juga menawarkan berbagai program terobosan, yang boleh dikatakan unik tetapi sangat bernilai ekonomis dan produktif, yang hasilnya bisa dinikmati kelak oleh masyarakat luas, khususnya warga kota yang berjumlah 880.000 jiwa. Apa program unik Fauzi Bahar untuk meredam panas dan kegersangan kota tetapi bernilai ekonomis dan produktif bagi masyarakat itu? Yang sudah berjalan, penanaman 5.000 pohon pinang di pinggir semua aliran sungai. Kenapa pinang? Pinang, menurut dia, akarnya serabut sehingga kelak akarnya mencengkeram pinggir sungai. Dengan demikian, persoalan erosi setidak-tidaknya bisa diantisipasi. Daunnya pun tak mudah gugur. Kalaupun gugur, bisa digunakan untuk usaha kerajinan rakyat. Pemandangan sepanjang aliran sungai akan menjadi bagus, seolah pinang menjadi pagar pengaman. Pada saatnya nanti, kalau sudah besar batangnya, lampu hias warna-warni akan dililitkan sehingga menambah keindahan dan kesemarakan kota seluas 694,96 kilometer persegi ini. Buah pinang bisa dipanen. Saat ini harga buah pinang sekitar Rp 7.000 per kilogram. Satu kilogram ada 52 butir pinang. Dari hitungan ini, hasil panen yang 5.000 pohon itu nanti bisa mendatangkan uang sekitar Rp 3,5 miliar. "Dengan uang sebanyak itu, dunia olahraga sudah bisa didanai dari panen buah pinang," ujar Fauzi Bahar optimistis. Dalam waktu dekat, pada perluasan jalan Tabing (Padang) sampai Duku (Padang Pariaman) arah ke Bandara Internasional Minangkabau, yang sekarang menjadi dua jalur (empat lajur), akan dihijaukan dengan pohon manggis. Ada sedikitnya 600 batang pohon manggis yang akan ditanam. Kenapa manggis? Daunnya hijau dan rimbun, serta jarang rontok. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, batangnya lurus dan rampak. Buahnya cukup bernilai karena komoditas ekspor. Kemudian, di Jalan Khatib Sulaiman, lebih kurang sepanjang 3 kilometer, segera dihijaukan lagi dengan tanaman petai. Tahu sendiri, petai adalah makanan kesukaan masyarakat Sumbar, selain jengkol. Bagi yang pernah melihat batang petai, apalagi ketika berbunga dan berbuah, selain hijau dan menarik dipandang mata, buahnya juga berjuntai bernilai ekonomis tinggi. Harga petai satu papan bisa Rp 500, bahkan lebih. Untuk menambah keindahan mata memandang, pada setiap tanaman penghijauan di pinggir jalan telah ditanam pohon yang bisa bersimbiosis mutualisme, jenis paku-pakuan (sakek). Dengan demikian, kesannya sekarang seperti pohon-pohon di hutan, yang dipenuhi paku-pakuan berdaun lebar dan panjang. AGAR lingkungan kota lebih terpelihara keasriannya, Wali Kota Padang dalam waktu dekat akan bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang untuk mendata dan meregistrasi semua pohon besar, dituliskan nama pohon dan perkiraan usianya. Saat ini banyak pohon dengan diameter batangnya mencapai satu meter dan berusia puluhan tahun. Ada pula tanaman kategori langka, terancam punah. "Bersamaan dengan pendataan itu, si pemilik juga diberikan sertifikat, penghargaan dari Pemerintah Kota Padang dan Unand, atas upaya pemiliknya menjaga dan merawatnya," papar Fauzi. Tanaman yang diregistrasi, mulai diameter 40 cm, tidak diperkenankan ditebang, kecuali seizin pemberi sertifikat (pemerintah dan Unand) walaupun pohon itu berada di areal tanah miliknya. Keasrian, kelestarian, dan keseimbangan lingkungan harus dijaga bersama. "Menjaga dan merawat pohon yang masuk kategori diregistrasi juga salah satu bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan bidang lingkungan di Kota Padang," papar Fauzi. Pemerintah Kota Padang pun, katanya, akan gencar melakukan sosialisasi, bagaimana menyadarkan warga akan arti penting lingkungan, minimal di tempat tinggal mereka. (yurnaldi) Post Date : 01 Februari 2005 |